Artikel

Artikel Terbaru

Menguak Makna dalam Serunya Bermain  melalui Conceptual Playworld

Menguak Makna dalam Serunya Bermain melalui Conceptual Playworld

Jenis permainan tradisional tersebut kini mulai dimainkan juga oleh anak anak zaman now. Namun yang menarik, permainan yang biasanya dimainkan dengan bermandi keringat, kini dimainkan dengan kelincahan jari jemari pemainnya. Mengapa hal ini bisa terjadi ? Bukankah permainan memiliki nilai-nilai filosofis yang bermakna dalam? Lalu apakah teknologi menghilangkan kebermaknaan sebuah permainan? Jika demikian, bagaimana sikap kita terhadap pendayagunaan teknologi untuk merdeka bermain?

Untuk menjawab puluhan bahkan ratusan pertanyaan tentang itu, rasanya menarik jika kita mulai menggali lebih dalam asal muasal munculnya sebuah permainan. Kihajar Dewantara dalam buku “tentang Frobel dan Metodenya” menyebutkan bahwa permainan adalah kegiatan yang menimbulkan kegembiraan, memberikan kebebasan anak berfantasi, berimajinasi agar kreativitas anak terangsang. Selain itu, permainan hendaknya mengarah pada nilai-nilai kebersamaan, kedisiplinan, ketertiban, serta sportivitas (Nugrahani, 2012).

Permainan-permainan tradisional yang ada di Indonesia mencakup nilai-nilai yang termuat dalam penjelasan Kihajar Dewantara. Seperti halnya permainan engklek. Menurut Dharmamulya, engklek merupakan permainan melompati bidang datar yang telah digambar di atas tanah dan dilempar dengan gacu. Di tanah sunda, engklek dikenal dengan istilah sunda manda yang dipercayai berasal dari Bahasa Belanda Zondag Mandag, artinya meloncati garis dengan satu kaki.

Permainan lain yang juga sering dimainkan dan mampu melatih kemampuan anak berhitung adalah congklak. Menurut Munawaroh, permainan congklak merupakan permainan tradisional yang berhubungan dengan berhitung dan memakai benda sebagai media bermainnya dan memiliki aturan yang telah disepakati (Munawaroh, 2018). Istilah lain yang dikenal untuk permainan ini adalah main dakon.

Bermain menurut Ridgway dalam konteks anak usia dini memiliki poin-poin yang harus dipahami yaitu bahwa anak usia dini memiliki kecerdasan, mereka memiliki keragaman pandangan dan cara dalam mengekspresikan pandangan itu. Selain itu, bermain harus mempertimbangkan beragam lingkungan, keyakinan terkait budaya, serta efek dan pengaruhnya pada pembelajaran dan perkembangan anak. (Ridgway, 2015)

Kini, mari kita kembali ke zaman dimana kita ada di usia dini. Saat itu, kita tak terpikir tentang hal-hal sulit bin rumit, yang ada dalam benak kita adalah bermain, mengoptimalkan imajinasi kita untuk membuat hati senang bersama sahabat atau teman teman kita. Dan ternyata, dibalik kepolosan dan ketulusan kita bermain dengan sekumpulan sahabat, ada pembelajaran yang terinternalisasi dalam diri. Kejujuran, keberanian, membuat strategi, mengakui kekalahan, menjaga emosi saat meraih kemenangan, toleransi, dan tentunya nilai nilai lain yang ternyata menjadi budaya dalam negara yang kita cintai. Awalnya apa? Hanya dari sebuah permainan.

Dalam beberapa literatur, kita akan menemukan istilah-istilah seperti eduplay, purposeful play, intentional teaching yang kesemuanya bertujuan untuk perkembangan anak dengan cara menerapkan bermain dan belajar secara bersama-sama dalam satu kegiatan. Dengan ini, tanpa terasa anak akan ditanamkan berbagai nilai dan pengetahuan tanpa harus mendikte mereka dengan pemahaman dan hafalan teori semata.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi telah menuangkan pedoman penerapan kurikulum dalam rangka pemulihan pembelajaran dalam Kepmendikbudristek No. 56/M/2022.  Intisari kegiatan pembelajaran intrakurikuler adalah bermain bermakna sebagai perwujudan “Merdeka Belajar, Merdeka Bermain”. Kegiatan yang dipilih harus memberikan pengalaman yang menyenangkan dan bermakna bagi anak. Kegiatan perlu didukung oleh penggunaan sumber-sumber belajar yang nyata dan ada di lingkungan sekitar anak. Sumber belajar yang tidak tersedia secara nyata dapat dihadirkan dengan dukungan teknologi dan buku bacaan anak.

Dalam praktik bermain seru yang diajarkan oleh  narasumber kegiatan webinar selasa seru Merdeka Bermain melalui Conceptual Playworld, kita bisa melihat bagaimana sintaks sebuah permainan dilakukan dan adanya intervensi pedagogi yang muncul. Dan hal ini menjawab pertanyaan-pertanyaan kita pada paragraf awal, bahwa sebenarnya ada hubungan atau keterikatan antara imajinasi anak saat bermain dengan imajinasi mereka tentang konsep-konsep yang mendukung kegiatan bermain mereka.

Istilah Conceptual Playworld mungkin asing bagi Guru PAUD Dikmas. Namun sejatinya, kegiatan main dengan Conceptual Playworld sudah dilakukan oleh sebagian guru yang mampu mengayomi siswa PAUD dengan kegiatan main yang bermakna. Kegiatan main yang kreatif dan memiliki nilai estetika antara orang dewasa dan anak. Beberapa karakteristik yang harus ada dalam konsep ini adalah adanya cerita dan kegembiraan yang akan dibangun, ada ruang bermain yang diciptakan dengan kreatif, ada proses main bersama antara guru dan anak, adanya kebersamaan dalam menyelesaikan masalah dalam permainan secara bersama-sama, dan adanya peran yang dipilih oleh guru atau orang tua saat bermain.

Kembali pada pertanyaan tentang mengapa serunya permainan tradisional mulai bergeser pada game-game mabar (main bareng) yang harus memiliki kelincahan jari dengan stik atau gawai yang digunakan. Mengapa hal ini bisa terjadi? Sebenarnya, permainan zaman now tidak hanya membutuhkan kelincahan jari, di dalam permainan itu ada kecerdasan dan kecepatan berpikir yang harus dimiliki para pemainnya.

Cut Mutia Malahayati dalam studinya tentang manfaat aktivitasi bermain game online dalam mendukung prestasi belajar siswa kelas XII SMAN 1 Malingping Banten metemukan hasil  yang menyatakan bahwa  manfaat aktivitas bermain game online yaitu memperluas bahasa Inggris, memperbanyak teman, serta menghilangkan rasa bosan atau jenuh. Lalu untuk falsafah nilai dalam permainan anak zaman now masih bisa digali, nilai-nilai persahabatan, kejujuran dan kebersamaan masih tetap ada seperti penelitian oleh Cut Mutia.

 Permainan online yang diterapkan oleh anak-anak zaman now sejatinya memiliki nilai manfaat. Kebermanfaatan itu dirasakan juga saat permainan diterapkan dalam Webinar Selasa Seru. Mereka yang hadir sebagai peserta luring bisa ikut bermain dengan peserta daring yang dipandu oleh  moderator dan narsum yang ikut bermain di dalamnya. Oleh karena itu, merdeka bermain melalui conceptual playworld sejatinya bisa diterapkan baik ketika bermain dengan permainan tradisional yang dimainkan secara tatap muka, maupun dengan jenis permainan zaman now yang dimainkan oleh berbagai pemain lintas dimensi ruang dan waktu.

Tertarik untuk bermain dengan conceptual playworld? Mari kita bersama menguak makna dengan bermain dan berbahagia bersama dengan conceptual playworld.

 Referensi:

     Cut Mutia Malahayati. Studi tentang Manfaat Aktivitas Bermain Game Online dalam Mendukung Prestasi Belajar Siswa Kelas XII SMAN 1 Malingping Banten. (https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/31809)

      Munawaroh,   H.   (2018).   Pengembangan Model Pembelajaran Dengan Modifikasi Permainan Congklak Sebagai Sarana Stimulasi Perkembangan    Anak   Usia   Dini   Di    Ra Perwanida    Wonosobo. Jurnal    Penelitian Dan     Pengabdian     Kepada     Masyarakat UNSIQ (https://doi.org/10.32699/ppkm.v5i3.477)

     Nugrahani, F. (2012). Dolanan  jawa dalam rangka pembentukan karakter bangsa (kajian semiotik). Kajian   Linguistik   Dan   Sastra.

Siti Nur Hayati. Reaktualisasi Permainan Tradisional untuk Pengembangan Kreativitas Anak. (http://jurnal.upmk.ac.id/index.php/pelitapaud/article/view/1344/681)

       Slide PPT Merdeka Bermain melalui Conceptual Playworld 


Oleh: M. Shalehuddin Al-Ayubi, S.I.Kom., M.Hum.

Pengembang Teknologi Pembelajaran Ahli Muda



Selengkapnya 
Yang Tersisa Dari Apresiasi

Yang Tersisa Dari Apresiasi

Tanpa disadari, kehadiranku selama enam hari di akhir bulan November 2022 dalam ajang Apresiasi Guru dan Tenaga Kependidikan, ternyata ada sesuatu di luar dugaan yang tak terbayang sebelumnya. Selain memperoleh piagam dan hadiah juga mendapatkan pengalaman yang sangat berharga menjadi salah satu penilik inspiratif dari total 20 penilik yang diikut acara Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

 Jika ada waktu untuk menginventarisasi, ada sederet perolehan yang menyertainya. Bayangkan, di tempat terhormat itu kita dipertemukan dengan kawan dari berbagai daerah di tanah air. Mereka adalah insan-insan hebat di bidang Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat. Bukankah mereka datang sudah diseleksi oleh yang berwenang? Ya, mereka datang dipanggil oleh Direktorat Guru Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat untuk menyampaikan gagasan berlian demi pendidikan anak usia dini dan pendidikan masyarakat. Bagiku, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari mereka, memperoleh kesan mendalam yang akan mewarnai perjalanan hidup. Mereka banyak menginspirasi tentang bagaimana menjadi guru dan tenaga kependidikan yang mumpuni. Di samping itu kami mendapatkan pendampingan yang sangat luar biasa dari pejabat dan petugas Kemendikbudristek. Dengan sabar mereka mengarahkan kami pada setiap agenda yang telah disusun. Mereka tak kenal lelah mendampingi hingga kegiatan selesai. Bagi kami kesigapan panitia perlu mendapat apresiasi.

 Meskipun dipertemukan dalam waktu singkat tetapi berkualitas, maka banyak yang kita serap. Seorang sahabat yang baru aku kenal, tak segan memberikan tips berharga tidak saja soal apresiasi tetapi pengalaman-pengalaman mereka di lapangan sebagai penilik. Mereka tak segan "membimbing" agar aku berjalan sesuai rel. Hubungan dengan mereka bak saudara. Aku yang baru tiga tahun terjun di bidang yang sekarang sedang digeluti merasa tertantang. Betapa menjadi tenaga kependidikan di Pendidikan Nonformal (PNF) tidak mudah yang dibayangkan orang selama ini, khususnya menjadi penilik PNF.

 Masih banyak yang harus diperbaiki agar tugasku sebagai penilik tidak sekedar mengikuti peraturan tentang kepenilikan, tetapi filosofi sebagai penilik harus dipegang erat-erat. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh kawanku, bahwa tugas penilik mencakup segala bidang. Ibarat lapangan, seperti lapangan golf, katanya. Kata lapangan golf dipilih untuk membedakan dan membandingkan dengan lapangan bola, lapangan voli, dan sejenisnya yang ukurannya sudah menentu. Menjadi penilik tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Kerja penilik bisa dimana saja, kapan saja bersama siapa saja. Begitu juga yang terjadi dengan belajar. Belajar bisa dengan siapa saja, kapan saja, dan dimana saja. Belajar sepanjang hayat, karena pada dasarnya kita adalah insan pembelajar. Prinsip pendidikan masyarakat melekat dan mendarah daging di kalangan peserta apresiasi.

  Sisi lain dari ajang apresiasi adalah tidak seperti lomba. Dalam lomba masing-masing ingin menang. Yang satu ingin mengalahkan yang lain. Ada persaingan di sana. Muncul intimidasi untuk menjatuhkan mental lawan. Di luar itu ada yang menempuh berbagai cara untuk menjadi juara. Sifat lomba tersebut  diabaikan dalam apresiasi yang baru saja dilalui kemarin. Dalam apresiasi tidak ada yang merasa menang, sebaliknya tidak ada yang dikalahkan. Dalam Bahasa Jawa yang pernah aku dengar ada istilah "menang tanpa ngasorake". Menang tanpa mengalahkan lawan. Apresiasi ini sebagai ajang pemberian penghargaan kepada guru dan tenaga kependidikan inspiratif yang telah akses platform merdeka mengajar (PMM) dan mengaktifkan belajar.id serta menerapkan pembelajaran diferensiasi dalam rangka peringatan Hari Guru Nasional tahun 2022.


Ada hal-hal penting yang aku catat dalam "buku harianku".

- aku datang di tempat yang baru,

- aku melihat pemandangan yang belum aku lihat sebelumnya,

- aku punya banyak kawan baru,

- aku punya pengalaman baru, dan

aku tak sanggup lagi menulis hal baru yang diperoleh dari perhelatan kemarin.

Sekiranya Allah SWT mengabulkan, aku akan tetap menekuni dunia yang telah mengantarkanku di tempat yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya yaitu Ajang Apresiasi GTK. Berkat dorongan orang baik yang ada di sekelilingku, hal yang tidak terbayang menjadi nyata.

 

Penulis

Siti Umihani, M.Pd

Dinas Pendidikan Kota Tangerang, Banten

Email: sitiumihani44@gmail.com

Kurator Bahasa:

M. Dzaky F. Surapranata

Isniyanti Sulistiani

Selengkapnya 
Berkarya untuk Negeri sebagai Pamong Belajar, Penilik, dan Guru TK

Berkarya untuk Negeri sebagai Pamong Belajar, Penilik, dan Guru TK

Berkarya untuk Negeri sebagai Pamong Belajar, Penilik, dan Guru TK

Oleh : M. Shalehuddin Al-Ayubi, S.I.Kom., M.Hum.

Pengembang Teknologi Pembelajaran

Permasalahan angka partisipasi sekolah belum berakhir. Dalam Jajak pendapat yang dilakukan oleh Litbang Kompas ditemukan bahwa  70 persen kasus putus sekolah di Pulau Jawa selama pandemi adalah karena orang tua tidak bekerja atau anak harus membantu orang tuanya bekerja. Hal yang mengejutkan adalah terkait penyebab dari angka putus sekolah tersebut. Faktor kejenuhan dan ketiadaan biaya adalah 2 faktor terbesar penyebab putus sekolah. Jika ini terjadi pada pendidikan formal, lalu bagaimana dengan pendidikan non formal? Seberapa besar angka partisipasi warga belajar hingga saat ini?

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Verani (2020) terhadap Peningkatan partisipasi warga belajar di Pendidikan Kesetaraan pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Nurul Huda Jember, ditemukan bahwa angka partisipasi warga belajar di kabupaten tersebut masih tergolong rendah. Tidak   semua   masyarakat   Kabupaten Jember memperoleh   hak yang  sama  untuk menempuh  pendidikan. Menurut BPS, rata-rata lama sekolah masyarakat Kabupaten Jember adalah  6,82  atau setara dengan kelas 1 SMP. Dapat disimpulkan    bahwa    rata-rata    masyarakat penduduk Kabupaten Jember tingkat pendidikannya belum setara lulus SMP.

Sementara itu, dalam program Paket B di PKBM Melati Mujahidin Palembang. Rendahnya partisipasi warga belajar tampak pada kehadiran maupun keaktifan warga belajar pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Penyebabnya tidak jauh berbeda, selain karena faktor kejenuhan, faktor anak yang harus membantu orang tua masih menjadi penyebab yang umum terjadi. (Marpaung, 2010).

Dari kedua penelitian tersebut, dengan rentang waktu yang cukup berjauhan, angka partisipasi warga belajar masih menjadi masalah dan faktor penyebabnya tidak jauh berbeda. Padahal berbagai program dari pusat maupun daerah telah dilakukan. Seperti halnya yang disampaikan oleh Praptono, Direktur Pendidikan Profesi dan Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan bahwa 3 area penting untuk dapat menghadirkan pendidikan yang berkualitas di Indonesia adalah “Sekolahkan Anak Indonesia”, “Dorong Pembelajaran Siswa”, dan “Tidak Ada Anak yang Tertinggal”.

Pamong belajar, penilik, dan guru TK dapat mengambil peran besar di  wilayah ini. Pamong belajar khususnya, di tangannyalah anak-anak yang berada di luar lingkungan pendidikan formal, anak-anak yang putus sekolah, anak-anak yang terkendala dalam berbagai hal, harus dapat ditarik kembali ke dalam lingkungan pendidikan yang kondusif. Demikian juga dengan penilik. Di tangan para penilik, kualitas penjaminan mutu pendidikan non formal bisa tetap terjaga, tidak tertinggal dengan pendidikan formal. Lain lagi dengan guru TK. Pendidikan pada tahap ini merupakan ruang ekspresi yang sangat penting diperhatikan, karena ia cikal bakal lahirnya generasi terbaik, yang siap melanjutkan ke jenjang pendidikan setelahnya.

Dari beberapa penelitian disebutkan bahwa faktor yang melatarbelakangi partisipasi warga belajar adalah dorongan yang berasal dari dalam diri warga belajar (motivasi intrinsik). Semangat mereka untuk bisa tetap bersekolah. Hal lain adalah karena adanya peran tokoh masyarakat yang memfasilitasi, tidak ketinggalan peran pamong belajar dalam mendidik dan melakukan pengkajian serta pengembangan model saat pelaksanaan program pendidikan. Namun demikian,  Inisiatif warga belajar tetap menjadi faktor utama meningkatnya partisipasi. Dari tokoh masyarakat, bentuk partisipasi yang diberikan adalah  ide/buah pikiran, tenaga, dan materi/harta benda

Dari beberapa hal yang telah dilakukan oleh berbagai pihak, masih ditemukan gap antara partisipasi jabatan fungsional (jabfung) pamong, penilik, maupun guru dengan angka partisipasi yang belum dapat mencapai 100%. Gap itu sejatinya dapat diminimalisir dengan berbagai upaya, diantaranya peningkatan kompetensi, kepastian peningkatan jenjang dan jabatan, hingga peningkatan kesejahteraan para pamong, penilik, dan guru.

Ketiga hal tersebut dapat dilakukan oleh para pamong, penilik, dan guru TK dengan melakukan tugas dan fungsinya masing-masing sesuai dengan butir tugas yang tercantum dalam permenpanrb. Guru TK dan pamong belajar memiliki tugas untuk melakukan kegiatan mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Selain itu, pamong belajar juga harus mampu melaksanakan kajian program serta pengembangan model pendidikan nonformal dan informal pada unit pelaksana teknis pusat/daerah dan satuan pendidikan nonformal. Sementara itu, penilik memiliki tanggung jawab  untuk melakukan kegiatan pengendalian mutu. Jabatan fungsional penilik juga melaksanakan evaluasi terhadap dampak program pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan keaksaraan dan kesetaraan, serta kursus pada jalur pendidikan masyarakat.

Dalam pelaksanaan setiap unsur tugasnya, para pamong belajar, penilik, dan guru TK dapat menyertakan semangatnya untuk membersamai siswa TK dan warga belajar hingga mereka mencapai cita-cita masing-masing atau memperbaiki keadaan kehidupan. Jika tuntutan itu sudah dikerjakan dengan sebaiknya, maka pamong belajar, penilik, dan guru TK dapat mulai berpikir untuk kenaikan pangkat dan peningkatan kesejahteraan melalui kewajiban pengumpulan angka kredit. Pengajuan angka kredit telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Dalam penerapannya, masih banyak pamong belajar, penilik dan guru TK yang tidak memahami baik secara substansi maupun administrasi yang dibutuhkan dalam Daftar Usulan Pengajuan Angka Kredit (DUPAK).  Oleh karena itu, perlu peningkatan kompetensi dan wawasan bagi para Pamong Belajar, Penilik dan Guru TK dalam hal Pengusulan DUPAK.

Untuk urusan fasilitasi peningkatan kompetensi dan wawasan pamong, penilik dan guru TK. Instansi pembina memiliki tanggung jawab besar terhadap hal tersebut. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi melalui Direktorat Jenderal Guru PAUD dan DIkmas telah banyak megadakan bimbingan teknis maupun webinar series untuk berbagai materi pelatihan bagi pamong belajar, penilik maupun guru TK.

Khalayak sudah merasakan bahwa kegiatan peningkatan kompetensi melalui webinar daring sangat bermanfaat untuk menambah kompetensi. Webinar dapat menjadi strategi bagi para pejabat fungsional untuk memastikan fungsinya di instansi masing-masing benar benar menghasilkan output yang sejalan dengan visi misi instansi. Hingga saat ini, di masa kenormalan baru, kegiatan webinar menjadi pilihan utama bagi setiap orang untuk belajar dari mana saja dan kapan saja.

Pada 6 September 2022 Direktorat Guru PAUD dan Dikmas kembali menyelenggarakan webinar terkait pengusulan DUPAK. Ini merupakan kesempatan emas yang dapat diikuti oleh Pamong, Penilik dan Guru TK untuk menambah pengetahuan serta kiat sebagai pamong, penilik dan guru TK dalam berbakti pada pendidikan Indonesia sambil tetap memastikan diri untuk mendapatkan jenjang jabatan yang sesuai dan berdampak pada  peningkatan kesejahteraan.

Pada akhirnya, antara kewajiban dan hak sejatinya harus berjalan seimbang. seorang pemegang jabfung tidak dapat melulu menuntut hak yang mereka harus dapat, baik untuk pangkat dan jabatan maupun kesejahteraan. Namun dibalik semua itu, ada kewajiban yang seharusnya dapat diselesaikan terlebih dahulu, demi bakti kepada bangsa dan negara ini. Tidak salah  jika John F Kennedy mengutip pernyataan seorang filsuf romawi: “Jangan tanya apa yang diberikan negara kepadamu, tapi tanya apa yang engkau berikan pada negaramu”

Mari berkarya pada negeri sebagai pamong belajar, penilik dan guru TK yang berdaya dan berkompetensi tinggi.

  

***

 Daftar Pustaka


Ridwan Salam, Asna Aneta (2019). Kompetensi Pamong Belajar Dalam Peningkatan Pelayanan Publik Bidang Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan Paket C Di Sanggar Kegiatan Belajar Kota Gorontalo. Journal   of         Public Administration Studies. Volume 2 - NO. 2 – April 2020.

 Marpaung, Hotdo And Nueraheni, Dyah Hapsari Eko And Yanti, Mery (2010) Partisipasi Warga Belajar Dalam Pelaksanaan Program Paket B Di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (Pkbm) Melati Mujahidin Kecamatan Ilir Timur Ii Palembang. Undergraduate Thesis, Sriwijaya University . http://repository.unsri.ac.id/id/eprint/52543

Verani, U., Imsiyah, N., & Hilmi, M. (2020). Peran Tokoh Masyarakat Dalam Peningkatan Partisipasi Warga Belajar Pendidikan Kesetaraan Di PKBM Nurul Huda Kabupaten Jember. Learning Community : Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 3(2), 50-58. doi:10.19184/jlc.v3i2.16802

https://nasional.kompas.com/read/2022/03/01/22313331/masih-ada-cerita-anak-putus-sekolah?page=all.

Selengkapnya 
REFLEKSI PERJALANAN MENGENAL KURIKULUM PAUD

REFLEKSI PERJALANAN MENGENAL KURIKULUM PAUD

Istilah yang pertama saya dengar adalah Rencana Kegiatan Harian, kala itu tahun 2005, sebagai calon guru saya diminta praktik mengajar. Saya diperlihatkan buku besar bertuliskan tangan yang berisi kegiatan harian yang sudah dilakukan. Saya diminta untuk mencontoh format kegiatan harian tersebut sebagai bahan untuk praktik saya mengajar.

Yang tidak terlupakan juga hingga saat ini adalah pembukaan, inti dan penutup. Pembukaan itu adalah kegiatan untuk menyapa murid, inti adalah kegiatan untuk murid yang disiapkan guru, penutup adalah persiapan untuk murid selesai atau pulang.

Kegiatan inti kala itu, kami menyiapkan tiga kegiatan untuk semua murid. Kegiatan ini juga masih didominasi dengan lembar kerja atau menggunakan buku aktifitas yang ada di sekolah.

Istilah berikutnya yang saya kenal adalah indikator. Kegiatan yang kita buat harus disesuaikan dengan indikator. Diskusi sesama guru juga muncul kala itu, indikator dulu atau kegiatan dulu. Pada praktiknya saya pernah menggunakan indikator terlebih dahulu, juga pernah kegiatan terlebih dahulu.

Diskusi seru selanjutnya adalah seputar tema pembelajaran. Karena muncul istilah sub tema, sub sub tema, kita mulai dari pembahasaan yang fokus atau umum saja, misalnya tema binatang, semua jenis kita bahas atau satu jenis saja, misalnya ayam, dua cara itu pernah kami coba.

Selain Rencana Kegiatan Harian ada juga Rencana Kegiatan Mingguan dan Rencana Kegiatan Bulanan. Secara urutan memang rencana itu ada tahunan, bulanan, mingguan baru harian, hanya dilapangan lebih sering langsung ke harian. Proses secara urut dimungkinkan jika lembaga tersebut diawal tahun ada kegiatan raker yang salah satu acaranya adalah bedah kurikulum. Proses secara urut juga akan diminta jika ada kegiatan visitasi pengawas atau akreditasi.

Konsen saya dari kurikulum ini lebih kepada sosialisasi. Sosialisasi akan dilakukan ditingkat kota, kecamatan atau pun tingkat sekolah. Sayangnya dari proses sosialisasi tersebut tidak ada pendampingan, dilepas begitu saja. Apa lagi jika narasumber kurikulumnya dari luar kota, butuh proses lagi kita untuk konfirmasi, ini boleh atau tidak. Belum lagi perbedaan penafsiran diantara kita, guru, kepala sekolah, pengawas juga dinas.

Saat ini kita mulai mendengar kurikulum merdeka, saya sangat mengapresiasi hal ini, apalagi sayup-sayup terdengar bahwa lembaga diberikan kebebasan untuk mengelola kurikulum sesuai kondisi murid masing-masing, mengutamakan keberagaman bukan keseragaman. Satu lagi adalah proses administrasi, semoga kurikulum merdeka ini bukan malah menambah kegiatan administrasi guru.

 

Pandji Widya

PAUD Baitussalam

Kota Depok

Selengkapnya 
Teknik Manajemen Kelas

Teknik Manajemen Kelas

Sekarang, mari kita lihat beberapa teknik pengelolaan kelas yang akan membuat keseluruhan proses menjadi lebih mudah bagi Anda.

  • Buat kelas tetap tertarik: Siswa yang tertarik dengan materi bahwa apa yang terjadi di kelas akan cenderung tidak menimbulkan dan menyebabkan gangguan apa pun, karena perhatian mereka akan difokuskan pada pembelajaran mereka.
  • Praktikkan keadilan: Jika Anda memiliki anak, Anda akan tahu bahwa mereka cenderung mudah cemburu. Selain itu, mereka dapat dengan mudah mendeteksi saat ketidakadilan terjadi. Sebagai seorang guru, Anda harus bersikap adil dan memastikan bahwa Anda menepati janji dan menindaklanjuti apa pun yang Anda janjikan.
  • Berlatih humor: Menciptakan lingkungan yang positif di mana ada tawa dan kebahagiaan adalah kunci untuk membuat siswa tetap tertarik dan terlibat dalam pekerjaan mereka, dan lebih mungkin untuk mematuhi aturan apa pun.
  • Jangan mengancam: Mengancam siswa dapat melemahkan kredibilitas guru di kelas. Berhati-hatilah saat Anda menggunakan ancaman, jika ada. Sebaliknya, cobalah untuk melatih penguatan positif.
  • Memimpin dengan memberi contoh: Jika salah satu aturan Anda adalah meminta siswa datang ke kelas tepat waktu setiap hari, pastikan Anda sendiri mempraktikkan aturan yang sama itu. Jika Anda terlambat, maka Anda berisiko menjadi contoh yang buruk bagi siswa Anda.
  • Jangan marah: Guru yang marah pada akhirnya akan kehilangan kredibilitasnya di kelas dan menciptakan lingkungan belajar yang tidak menguntungkan bagi siswanya.
  • Beri siswa kesempatan: Memberi siswa kendali atas hal-hal tertentu di kelas akan membuat mereka merasa dipercaya dan bertanggung jawab. Dengan menunjukkan kepada siswa bahwa Anda memiliki kepercayaan pada kemampuan mereka, mereka akan merasa bahwa manajemen dan aliran kelas secara keseluruhan juga tergantung pada mereka untuk dijunjung.
  • Jangan mempermalukan: Merendahkan/Menghina siswa hanya akan menyebabkan guru kehilangan otoritas mereka di kelas dan berkontribusi pada kerusakan psikologis pada anak-anak, serta ketakutan dan kebencian.
  • Waspada: Guru yang selalu menyadari apa yang terjadi di kelas mereka cenderung tidak memiliki kelas yang terkontrol dan terkelola. Pastikan untuk sering berpindah-pindah kelas dan luangkan waktu untuk berinteraksi dengan setiap siswa.
Siswa yang Bahagia = Kelas yang Efektif

Pengelolaan kelas sangat penting, tidak hanya untuk pemikiran seorang guru dan dalam memungkinkan mereka mengontrol kelas dengan tepat, tetapi juga penting untuk lingkungan belajar yang positif dan berkembang bagi siswa. Jika Anda ingin wawasan lebih jauh tentang metode pengelolaan kelas yang efektif, lihat kursus ini tentang cara mendorong kepatuhan untuk menghasilkan yang terbaik dalam diri siswa Anda, dan nantikan tahun ajaran yang bermanfaat dan produktif.

Oleh: Hendrayatna Prawiranegara

Referensi

Howes, C. and Smith, E. W.  “Relations Among Child Care Quality, Teacher Behavior, Children’s Play Activities, Emotional Security and Cognitive Activity in Child Care.”  In Early Childhood Research Quarterly 10(4):  381-404, 1995.

 

Barbara Gross Davis. 2009. Tools For Teaching. Second Edition. Copyright © 2009 by John Wiley & Sons, Inc. San Fransisco

Selengkapnya 
Tanya Kita