DirektoratGuruPAUDDikmas, Jakarta – Konsep dan pemahaman literasi yang mumpuni memang sudah seharusnya dimiliki oleh para pelatih yang berhubungan langsung dengan para pendidik. Oleh karena itulah, diperlukan cara menyampaikan miskonsepsi tentang literasi yang tepat.
“Orientasi pertemuan ini adalah agar Bapak/Ibu memahami cara menyampaikan miskonsepsi tentang literasi yang tepat. Ketika Bapak/Ibu menyelenggarakan Bimtek/Diklat di daerah masing-masing, penting untuk berbasis aktivitas seperti yang akan kita praktikkan sekarang ini,” ungkap narasumber Seni Apriliya dari Universitas Pendidikan Indonesia pada kegiatan “Bimbingan Teknis Calon Pelatih Diklat Teknis Literasi dan Numerasi” yang berlangsung di Jakarta pada 3-6 November 20024.
Melalui materi “Miskonsepsi dan Konsep Literasi” tersebut, Seni turut melakukan banyak aktivitas permainan. Salah satunya adalah duduk dan berdiri, yakni peserta menujukkan sikap mereka terhadap pernyataan yang diberikan. Jika setuju mereka berdiri, jika tidak setuju, mereka duduk.
Salah satu pernyataan yang diajukan adalah, “Konsep awal ketika anak mulai belajar membaca dimulai dari menghafal huruf dari A sampai Z”. Seluruh peserta menunjukkan sikap tidak setuju. Salah satu peserta dari kelompok 4 menanggapi, “Konsep tersebut terkesan memaksakan anak untuk menghafal. Di dunia PAUD, kita harus memikirkan cara agar anak-anak merasa senang. Melalui permainan, mereka dapat belajar dengan gembira dan memahami proses yang sedang kita tanamkan.”
Alhasil, Seni pun menekankan perlunya kembali para peserta menyelenggarakan Bimtek atau Diklat Literasi. “Karena masih banyak miskonsepsi yang mungkin terjadi di lingkungan pendidikan anak usia dini. Oleh karena itu, konsep literasi perlu dijelaskan melalui pernyataan-pernyataan dan aktivitas-aktivitas yang telah kita lakukan,” ujarnya.
Sementara itu dalam materi “Lingkungan Kaya Literasi,” narasumber Sumarti dari Universitas Indraprasta PGRI Jakarta menyampaikan bahwa semua games dan aktivitas pada kegiatan tersebut memiliki kaitan dengan literasi. Menurut sosok yang telah berpengalaman dalam dunia literasi sejak tahun 2009 tersebut, pada saat itu hampir semua PAUD berlomba-lomba menyediakan buku bacaan untuk anak-anak.
“Namun, tugas kita masih panjang, Bapak/Ibu. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan lingkungan yang kaya literasi? Apakah itu hanya tentang membaca?” tanya Sumarti.
Sumarti pun menyoroti pentingnya menciptakan lingkungan yang kaya literasi, yang lebih dari sekadar menyediakan buku untuk dibaca. Lingkungan seperti itu melibatkan berbagai aspek, termasuk kegiatan interaktif, permainan edukatif, dan diskusi yang merangsang minat baca.
Beliau mengajak kita untuk berpikir lebih luas tentang literasi, mencakup kemampuan berbicara, mendengarkan, menulis, dan berpikir kritis. Selain membaca, kegiatan seperti bercerita, menulis bersama, dan menciptakan proyek berbasis literasi juga sangat penting. Hal tersebut membantu anak-anak tidak hanya memahami teks, tetapi juga membangun keterampilan komunikasi dan kreativitas mereka. (Rika Jayanti)