WhatsApp: +62 821-1555-5456

Komunitas Belajar Tingkatkan Kualitas Pendidikan

“Kami ingin menghilangkan sekat-sekat yang memisahkan sekolah dan rumah, sehingga terbentuk ekosistem pendidikan yang lebih integratif.”

28 Oktober 2024

GuruPAUDdanDikmas, Manokwari – Saya ingat betul hari pertama menjadi kepala sekolah di TKIT Ummul Quro Manokwari. Ada perasaan campur aduk antara semangat dan keraguan. Bagaimana tidak, bekerja di lembaga pendidikan yang memiliki visi besar tentu menantang. Namun, dalam perjalanan waktu, saya menyadari bahwa lingkungan tersebut memiliki potensi yang luar biasa, terutama ketika kami mulai menerapkan pendekatan komunitas belajar. Tak disangka, pendekatan itu ternyata memberikan dampak yang begitu besar terhadap peningkatan kualitas pendidikan di sekolah.

Seperti kebanyakan sekolah lainnya, kami juga menghadapi berbagai tantangan. Guru-guru sering merasa terbebani dengan tugas administrasi yang seolah tidak ada habisnya, sementara orang tua terkadang kurang terlibat dalam pendidikan anak mereka di rumah. Saya melihat sendiri bagaimana semangat belajar siswa bisa menurun ketika tidak ada dukungan yang cukup dari lingkungan sekitar.
Saat itu, saya sering berpikir, bagaimana caranya kami bisa membangun suasana belajar yang lebih positif? Bagaimana agar kami, para guru, tidak merasa bekerja sendiri-sendiri, melainkan saling mendukung? Di titik itulah kami mulai mempertimbangkan pendekatan komunitas belajar.

Mengapa Komunitas Belajar?
Dalam dunia pendidikan, komunitas belajar bukanlah konsep baru. Namun, bagi kami, pendekatan ini adalah sesuatu yang inovatif. Wenger (1998) menjelaskan bahwa komunitas belajar adalah menciptakan ruang agar para anggotanya bisa belajar bersama-sama, berbagi pengalaman, dan berkembang secara kolektif. Dalam konteks TKIT Ummul Quro, komunitas belajar tersebut melibatkan seluruh elemen sekolah, yakni guru, siswa, orang tua, dan bahkan masyarakat sekitar.

Sederhananya, kami ingin menghilangkan sekat-sekat yang memisahkan antara sekolah dan rumah, antara guru dan orang tua, sehingga terbentuk ekosistem pendidikan yang lebih integratif.
Jujur saja, memulai sesuatu yang baru tidak pernah mudah. Ada keraguan, tantangan, dan bahkan resistensi dari beberapa pihak. Namun, kami yakin bahwa perubahan perlu dilakukan. Langkah pertama, yakni memperkuat kerja sama di antara para guru.

Kami memulai dengan rutin mengadakan forum diskusi internal di kalangan guru. Awalnya, ini hanya tempat curhat untuk berbagi keluh kesah dan pengalaman sehari-hari. Namun, lambat laun, forum ini berkembang menjadi wadah untuk berbagi praktik baik, strategi pengajaran yang efektif, hingga solusi untuk tantangan yang dihadapi. Saya merasa, forum ini bukan hanya tempat untuk mengajar, tapi juga untuk saling belajar dan mendukung satu sama lain.

Bangun Jembatan dan Kebersamaan
Di sinilah tantangan sebenarnya dimulai. Tidak semua orang tua memiliki waktu dan kesadaran untuk terlibat aktif dalam pendidikan anak. Namun, kami berusaha membangun komunikasi yang lebih baik melalui pertemuan rutin dan lokakarya. Ternyata, dengan memberikan ruang bagi mereka untuk berbicara dan mendengar, keterlibatan orang tua semakin meningkat. Mereka mulai melihat betapa pentingnya peran mereka dalam mendukung pendidikan anak, baik di sekolah maupun di rumah.
Kami juga menggelar kegiatan belajar kelompok untuk membangun rasa kebersamaan siswa. Saya tidak akan pernah melupakan wajah-wajah ceria para siswa saat kami memperkenalkan kegiatan belajar kelompok. Mereka tidak hanya belajar tentang materi pelajaran, tetapi juga belajar untuk bekerja sama, berbagi, dan saling membantu. Dari sini, saya melihat bahwa pembelajaran tidak hanya terjadi di kelas, tetapi juga dalam interaksi sosial mereka.

Selain itu, kami juga berfokus pada pengembangan kapasitas guru. Melalui pelatihan, lokakarya, dan studi banding, para guru mendapatkan kesempatan untuk terus belajar dan berkembang. Saya sendiri merasakan bagaimana program ini memberikan semangat baru dan memperkaya kemampuan mengajar. Bahkan, kami bersepakat untuk mengadakan kegiatan peningkatan kompetensi guru satu kali dalam sebulan dengan pemateri dari kami sendiri secara bergiliran melalui bedah buku.

Perjalanan Masih Panjang
Menerapkan komunitas belajar tidak instan membawa hasil. Butuh waktu, kesabaran, dan komitmen dari semua pihak. Namun, seiring berjalannya waktu, perubahan positif mulai terasa. Beberapa dampak yang kami rasakan, yakni siswa lebih antusias dan terlibat dalam proses belajar. Saya bisa merasakan bagaimana suasana kelas menjadi lebih hidup. Siswa lebih termotivasi karena mereka merasa didukung oleh guru maupun orang tua.

Adapun guru-guru menjadi lebih solid dan professional. Kami tidak lagi merasa sendirian dalam menghadapi tantangan. Ada rasa kebersamaan dan saling mendukung yang membuat kami lebih kuat.
Selain itu, keterlibatan orang tua semakin meningkat. Saya sering mendengar orang tua yang sebelumnya jarang terlibat, kini mulai berbicara tentang bagaimana mereka bisa lebih mendukung anak-anak di rumah.

Hingga akhirnya, pengalaman ini mengajarkan saya bahwa perubahan dalam pendidikan bukanlah sesuatu yang bisa dicapai dalam semalam. Namun, dengan pendekatan komunitas belajar, kami menemukan cara untuk bekerja bersama, saling mendukung, dan membangun kualitas pendidikan yang lebih baik. Saya percaya, ini baru permulaan dari perjalanan panjang kami di TKIT Ummul Quro Manokwari. Dengan semangat kebersamaan, kami akan terus berupaya memberikan yang terbaik untuk masa depan anak-anak. (Annazmil Fayros Latifah, Kepala Sekolah Taman Kanak Kanak Islam Tahfidz Ummul Quro, Manokwari, Papua Barat)

Baca artikel lainnya:

Kembali ke Daftar Artikel