GuruPAUDDikmas, Sanggau – Layaknya lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) lainnya, proses pembelajaran di TK Bintang Harapan, Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, berlangsung seperti biasa saja. Meski hari itu ada yang selalu berkata “capek” kala melakukan setiap aktivitas di kelas, namun nyatanya merasa senang sekali pada aktivitas praktik di luar kelas.
“Siswa membaur dengan teman-temannya, bekerja sama, mensyukuri nikmat Tuhan Sang Pencipta Alam, aktif menggerakkan motorik halus dan kasarnya, aktif dalam berkomunikasi dengan teman-teman, cara siswa berpikir dan mengutarakan pendapat semua terlihat dalam aktivitas tersebut.”
Ya, saat itu merupakan waktu dimulainya pelaksanaan dan penerapan penggunaan model pembelajaran berbasis proyek bagi peserta didik, yakni menanam sayur dan membuat kolam ikan lele. Kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan enam aspek perkembangan peserta didik di TK Bintang Harapan.
Para peserta didik yang berjumlah 28 anak ini diharapkan dapat terlibat aktif dalam seluruh aktivitas yang telah mereka rancang sesuai dengan ide dan gagasannya. Adapun kegiatan tersebut difasilitasi oleh guru untuk mengamati lingkungan sekolah dengan memanfaatkan halaman sekolah untuk berkebun dan membuat kolam ikan lele bersama-sama.
“Siswa yang awalnya terlihat penakut tidak berani pisah dengan orang tuanya, yang mudah sekali marah dengan temannya, dan super aktif di kelas terlihat terlibat aktif dan berperan serta dalam kegiatan tersebut.”
Munculnya ide kegiatan tersebut bermula dari pihak sekolah yang melihat kejenuhan siswa saat mengikuti pembelajaran dengan aktivitas sama setiap harinya. Makanya, pihak sekolah berinisiatif mengubah pembelajaran yang lebih melibatkan murid dalam pembelajaran.
Oleh karena itu, langkah selanjutnya pihak sekolah mengumpulkan orang tua murid untuk melakukan rapat terlebih dahulu membicarakan mengenai pembelajaran yang akan dilaksanakan berbasis proyek tersebut. Ini ditujukan agar orang tua tidak kaget ketika melihat anaknya hanya main-main, tidak belajar. Inilah tantangan yang sangat sulit, mengubah paradigma orang tua mengenai pembelajaran di PAUD, yaitu bermain sambil belajar, belajar seraya bermain. Setelah dijelaskan, pihak sekolah melaksanakan aksi tersebut dengan mengajak siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
Tak ketinggalan, para pendidik juga mengajak siswa berbincang-bincang mengenai lingkungan yang indah itu seperti apa. “Ada bunga, halamannya bersih,” jawab mereka.
Setelah itu siswa diajak ke halaman depan sekolah dan melihat kondisi halaman sekolah. Guru bertanya, “Apakah lingkungan sekolah kita indah? “Tidak,” siswa menjawab, “Banyak sampah dedaunan, tidak ada bunga.”
Guru bertanya kembali, “Apa yang harus kita lakukan agar halaman sekolah kita indah?” Siswa menjawab, “Kita menanam bunga,” “membersihkan sampah,” “membuat kolam ikan,” dan “pelihara ayam.” Dari ide anak-anak tersebut, pihak sekolah memfasilitasi semua keperluan siswa untuk membuat kolam ikan dan menanam sayuran.
Lantas, “Bagaimana cara kita mengisi kolam terval ya? Karena di sekolah ember kita hanya ada 2?” Siswa menjawab, “Ibu, besok kami bawa dari rumah embernya.”
Ternyata benar, keesokan harinya para siswa ada yang membawa ember, gayung, bibit bunga, dan bibit sayuran. Ternyata, kegiatan proyek ini sangat menyenangkan untuk siswa dan juga orang tua murid. Mereka pun terlihat aktif dan bersemangat membantu dalam proyek tersebut.
Hasilnya, anak-anak terlihat aktif dan bersemangat untuk mengikuti proyek tersebut. Siswa yang pemalu terlihat berbaur bersama teman-temannya, sedangkan siswa yang aktif terlihat menyalurkan energi ekstranya untuk membantu mengambil air di kolam untuk mengisi kolam terval. Semua siswa terlibat aktif dalam pembuatan kolam ikan lele dan menanam sayur. Siswa memasukkan tanah bakar ke dalam polybag dan menanam benih sayuran ke dalam polybag.
Setiap hari siswa menyirami tanaman sayur dan memberi makan ikan lele. Siswa terlibat aktif dalam menjaga tanaman dan ikan yang mereka pelihara. Alhasil, pengembangan enam aspek perkembangan pada siswa dapat ditingkatkan melalui kegiatan praktik tersebut. Siswa juga menjadi lebih peduli dengan lingkungan di sekitarnya. **(Dewi Handayani, TK Bintang Harapan)
**