WhatsApp: +62 821-1555-5456

Pentingnya Berpikir Komputasional pada Anak Usia Dini

“Dengan melatih berpikir komputasional sejak dini, maka otak akan terbiasa berpikir logis, terstruktur, serta dapat memecahkan masalah dengan mengembangkan solusi yang tepat.”

7 Mei 2024
**GuruPAUDDikmas, Kudus –** Seiring perkembangan zaman di era digital, berpikir komputasional (computational thinking) menjadi kemampuan yang dianjurkan untuk dimiliki anak sejak usia dini. Kemapuan ini merupakan proses berpikir yang menggunakan pendekatan analitik dan algoritmik untuk merumuskan, menganalisis, dan menyelesaikan masalah. Pengembangan kemampuan keterampilan ini akan membuat anak-anak berpikir dengan cara yang berbeda, mengekspresikan diri mereka melalui berbagai media, menyelesaikan masalah dunia nyata, serta menganalisis masalah sehari-hari dari perspektif yang berbeda. Adapun strategi yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan berpikir komputasional pada anak usia dini, misalnya menggunakan lagu, tarian, permainan, atau cerita. Guru juga dapat membantu anak-anak dengan membuat kelompok-kelompok kecil dalam pembuatan proyek, serta mengajak mereka untuk berdiskusi tentang hasil karyanya. “Banyak yang belum mengerti kemampuan berpikir komputasi. Oleh karena itu, program ini dirancang untuk memahami konsep komputasi, bagaimana menumbuhkannya pada anak usia dini, lalu memberikan sumber materi belajar yang dapat digunakan untuk berpikir komputasional,” ujar Bardiati dari Direktorat Guru PAUD dan Dikmas, Kemendikbudristek saat “Lokakarya Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Komputasional Anak Usia Dini bagi PTK PAUD” yang digelar Direktorat Guru PAUD dan Dikmas di Kudus, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Selain berbagi wawasan oleh para narasumber, tambah Bardiati, pada lokakarya juga disertakan berbagai cerita baik mengembangkan berpikir komputasional pada anak usia dini, bagaimana menyusun RPP untuk memasukan strategi komputasional, hingga mengatur strategi bersama. “Setelah kegiatan ini guru-guru akan belajar melalui kelompok belajar dan mendapat pendampingan dari pihak lain juga,” ungkapnya. ![DSCF9890.JPG](https://gurupauddikmas.kemdikbud.go.id/api/uploads/DSCF_9890_f1ef38da75.JPG) Bardiati menambahkan, adapun jumlah peserta yang terlibat pada kegiatan tersebut berjumlah 163 orang yang terdiri atas guru, dinas terkait, narasumber, dan Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Jawa Tengah. “Harapannya, kegiatan ini dapat memperluas cakrawala peserta terkait pembelajaran yang menyenangkan dan dibagikan kepada rekan sejawat,” tuturnya. Senada dengan Bardiati, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kudus, Harjuna Widada, turut mengungkapkan rasa terima kasih kepada pemerintah pusat yang telah menyelenggarakan lokakarya tersebut di wilayah Kudus. “Saya juga berharap guru-guru dapat mengikuti kegiatan ini sebaik-baiknya, sehingga mendapatkan sertifikat yang berguna bagi mereka,” katanya. Sementara itu, Gogot Suharwoto dari Direktorat Guru PAUD dan Dikmas dalam arahannya mengemukakan bahwa kegiatan tersebut merupakan partisipasi pemerintah guna mengembangkan sumber daya manusia di Kudus. “Bekal yang guru-guru sampaikan nantinya kepada anak-anak inilah yang akan berguna bagi mereka kelak. Kita ingin memberikan pendidikan kepada mereka dengan berbagai alat yang banyak kita miliki,” terangnya. Pasalnya, tambah Gogot, 10 tahun yang akan datang akan muncul pekerjaan baru dan pekerjaan yang hilang. “Lokakarya ini didesain peserta tidak hanya duduk. Selain itu, juga dikaitkan dengan Kurikulum Merdeka,” jelasnya. **Tambah Wawasan** Dampak lokakarya tersebut memang begitu mengesankan tentunya bagi para peserta, khususnya pendidik. Eko Septi Rosiani misalnya. Guru TK Al Manaar mengungkapkan bahwa kegiatan komputasional yang mengacu pada tujuan pembelajaran anak akan bisa menguasai calistung. “Narasumber yang berpengalaman dan penyampaian yang pas membuat saya mengetahui tentang anak berpikir komputasional,” ujarnya. Menurut Rosiani, berbagai pembiasaan yang beruntut juga telah dilakukan di satuan pendidikan tempatnya mengabdi, semisal mencuci tangan, program “full day” (tidur di sekolah dengan langkah-langkah mencakup mencuci kaki dan tangan setelah makan bersama, serta bermain). “Kegiatan ini amat menyenangkan. Saya berharap waktu pelaksanaannya dapat ditambah lagi,” harapnya. Hal serupa juga disampaikan Nita Kumalasari. Kepala sekolah TK ABA 13 Wates ini mengaku mendapatkan perubahan mindset usai mengikuti pelatihan. “Sebelumnya saya menganggap bahwa tujuan kegiatan itu yang utama, ternyata tujuan pembelajaran itu yang terpenting. Saya mengira ketika mengembangkan kemampuan 4C anak itu sudah cukup, ternyata setelah diberi wawasan pada kegiatan ini tuntutan zaman di masa depan lebih kompleks, maka dibutuhkan kemampuan 5C (critical thinking, creative, communication, colaboration, dan computasional thinking),” bebernya. Menurut Nita, dengan melatih berpikir komputasional sejak dini, maka otak akan terbiasa berpikir logis, terstruktur, serta dapat memecahkan masalah dengan mengembangkan solusi yang tepat. “Setiap kegiatan anak di sekolah, maka guru hendaknya memberikan dukungan. Ternyata tanpa disadari, kita telah melakukan kegiatan berpikir komputasional, misalnya ketika praktik membuat klepon. Pelatihan ini sangat bagus,” pungkasnya. **(AP)**

Baca artikel lainnya:

Kembali ke Daftar Artikel