WhatsApp: +62 821-1555-5456

DIREKTORAT GURU PAUD DAN DIKMAS GELAR LOKAKARYA 300 GURU DI BANYUWANGI

“Guru harus mengetahui mengapa anak-anak mengalami stunting, dan bagaimana pengasuhannya agar mereka mendapatkan pendidikan yang tepat di usia dini.”

22 Februari 2024

GuruPAUDDikmas, Banyuwangi – Sebagai upaya meningkatkan percepatan penurunan stunting melalui PAUD HI dan pemahaman transisi PAUD ke SD yang menyenangkan terhadap guru-guru PAUD, Direktorat Guru PAUD dan Dikmas menyelenggarakan “Lokakarya Penguatan bagi Guru Pendidikan Anak Usia Dini untuk Pembelajaran yang Menyenangkan Tahun 2024.” Kegiatan yang dilaksanakan pada 19 Februari 2024 di Banyuwangi, Jawa Timur, ini dihadiri oleh 300 orang GTK PAUD (pengelola dan guru) dari 20 kecamatan dan 150 desa/kelurahan di Kabupaten Banyuwangi.

Dalam laporan penyelenggaraan Ketua Tim Kerja PAUD HI dan Stunting, Komarudin, menyampaikan tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah sebagai upaya pembinaan peningkatan kompetensi bagi guru PAUD serta meningkatkan kesadaran dan pemahaman pengetahuan bagi guru PAUD akan peran pentingnya dalam upaya percepatan penurunan stunting dan transisi PAUD ke SD yang menyenangkan.

Dalam arahannya, Direktur Guru PAUD dan Dikmas, Santi Ambarrukmi, menyampaikan bahwa 80% otak anak berkembang di usia dini. Jika pembekalannya baik, tentu nanti ke depannya juga baik. Karenanya, guru-guru harus mengetahui mengapa anak-anak mengalami stunting, dan bagaimana pengasuhan yang tepat agar mereka mendapatkan pendidikan yang tepat di usia dini.

“Mari kita selalu bersama-sama membangun pendidikan yang lebih baik dan berkualitas untuk anak-anak kita,” tegas Santi.

Kegiatan lokakarya terdebut juga dihadiri oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kab. Banyuwangi, Dwi Yanto, yang turut menyampaikan rasa terima kasih kepada Direktorat Guru PAUD dan Dikmas yang telah memberikan atensi kepada Pemerintah Kabupaten Banyuwangi melalui pelaksanaan program-program prioritas di wilayah Banyuwangi, di antaranya lokakarya ini. Dirinya pun berharap para guru yang berkesempatan hadir pada lokakarya bersungguh-sungguh dan fokus dalam mengikuti kegiatan agar bisa mendeteksi indikasi anak-anak yang mengalami stunting untuk kemudian menyampaikan kepada orang tuanya. “Mengenai asupan gizi makanan, biarlah kami pemerintah yang mengambil alih. Setelah kegiatan ini Bapak/Ibu diharapkan bisa langsung mengimplementasikan di lembaga PAUD-nya masing-masing,” tegasnya.
WhatsApp Image 2024-02-19 at 15.40.28.jpeg
Dalam mewujudkan PAUD berkualitas dan menyenangkan bagi anak, tentunya tidak hanya melalui upaya percepatan penurunan stunting. Tidak kalah penting, proses pembelajaran dalam rangka menyiapkan anak usia dini ke jenjang pendidikan berikutnya juga harus diperhatikan. Pendidik PAUD tentunya harus mampu menciptakan proses transisi PAUD ke SD yang menyenangkan agar anak merasa siap bersekolah.

Salah satu narasumber, Ketua Umum Pengurus Pusat Asosiasi Pelatih PAUD Indonesia (APPAUDI), Ali Nugraha, menyampaikan bahwa pengenalan kemampuan calistung harus dilakukan sesuai dengan tahapan perkembangan anak dalam konteks kemampuannya berkomunikasi, serta harus diterapkan dengan cara yang sesuai bagi anak usia dini (menyenangkan dan tidak drilling). Kesiapan bersekolah merupakan suatu kondisi saat anak memiliki kemampuan fondasi untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat. Kemampuan fondasi dibangun secara berkesinambungan melalui lingkup pembelajaran di PAUD hingga lingkup pembelajaran di SD kelas awal sampai kelas 2, serta dipayungi oleh Standar Kompetensi Lulusan Anak Usia Dini (STTPA).

Menurut Ali, transisi PAUD ke SD merupakan proses anak berpindah dari perannya sebagai peserta didik PAUD menjadi peserta didik SD/MI. “Artinya, yang dialami oleh anak PAUD ke SD haruslah mulus, atau anak tidak perlu melakukan terlalu banyak penyesuaian sebagai akibat dari perpindahannya,” ungkapnya.
Adapun narasumber lainnya, Prof. Gunarti Dwi Lestasi dari Universitas Negeri Surabaya Fakultas Ilmu Pendidikan menyebutkan bahwa menjadi seorang guru harus memiliki empati tinggi untuk melihat daerah sekelilingnya. “Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh anak-anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai,” tambahnya.

Tujuan percepatan penurunan stunting adalah menurunkan prevalensi stunting, meningkatkan kualitas penyiapan kehidupan berkeluarga, menjamin pemenuhan asupan gizi, memperbaiki pola asuh, meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan, serta meningkatkan akses air minum dan sanitasi. Masalah gizi dan kesehatan anak tidak selalu disebabkan oleh faktor genetik. Perbaikan gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) akan menunjang proses tumbuh kembang janin, bayi, dan anak sampai usia 2 tahun. Prof Tari menjelaskan, disebut periode emas karena pada periode ini terjadi pertumbuhan otak yang sangat pesat, yang mendukung seluruh proses pertumbuhan anak dengan sempurna. “Kekurangan gizi pada periode tersebut tidak dapat diperbaiki di masa kehidupan selanjutnya,” ujarnya.

Semua pendidik PAUD yang hadir antusias dan bersemangat mengikuti kegiatan sampai akhir karena dikemas menyenangkan dengan adanya ice breaking yang seru, interaksi aktif dengan narasumber, dan banyaknya hadiah-hadiah menarik yang dibagikan. (Rika Jayanti)

Baca artikel lainnya:

Kembali ke Daftar Artikel