GuruPAUDDikmas - Dalam upaya memahami bagaimana pendidikan menjadi bagian dalam kehidupan setiap manusia, istilah pembelajaran sepanjang hayat merupakan frasa yang tepat untuk menggambarkannya. Hal ini sejalan dengan sebuah ungkapan yaitu tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat. Pendidikan tidak lagi menjadi fase untuk mempersiapkan kehidupan di masa yang akan datang, pendidikan lebih luas dari itu, ada dalam setiap jejak yang dijalani oleh umat manusia. Upaya menyadarkan manusia untuk terus bergerak maju dan selalu belajar seharusnya menjadi ruh dalam upaya transformasi pendidikan yang digaungkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Transformasi pendidikan mencakup berbagai perspektif dan konsep yang digunakan untuk memahami dan memandu perubahan dalam sistem pendidikan. Beberapa teori yang dapat menjadi landasan adalah teori perubahan sosial, pembelajaran, teknologi pendidikan, hingga manajemen perubahan. Dalam perspektif perubahan sosial, transformasi struktural menjadi penting, karena ia harus berperan menjadi lokomotif perubahan struktur sosial yang ada dalam pendidikan. Jika mereka yang terbatas secara fisik sebelumnya tidak mampu melanjutkan pendidikan ke pendidikan formal, atau mereka yang berada di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal tidak memiliki akses untuk pendidikan yang baik, maka transformasi struktural dalam pendidikan dinilai penting untuk meraih kesetaraan dalam hal akses pendidikan. Agar hal tersebut bisa dicapai, perlu ada kebijakan agar ketidakadilan atau ketidaksetaraan dalam pendidikan dapat diatasi.
Teori pembelajaran menjadi landasan utama dalam transformasi pendidikan, pemikiran-pemikiran konstruktivis dan behavioris perlu ditindaklanjuti dalam kerangka kebijakan yang lebih membumi, agar para guru maupun siswa yang menjadi aktor utama dapat menjalankan aktivitas pembelajaran sepanjang hayat yang menjadi semangat untuk menuju perubahan yang lebih baik. Kurikulum Merdeka menjadi gerbang untuk mewujudkan hal tersebut. Pengalaman dan interaksi siswa dalam pembelajaran menjadi lebih meningkat dalam membangun pengetahuan mereka. Tidak hanya itu, perubahan perilaku terus diamati oleh guru melalui serangkaian aktivitas pembelajaran berbasis projek yang menjadi payung untuk mengajarkan siswa tentang nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkebinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
Teori pendayagunaan teknologi sebagai upaya percepatan dalam transformasi pendidikan menjadi sajian pokok dalam proses pembelajaran. Jauh sebelum pandemi terjadi, pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi telah banyak mengeluarkan gagasan untuk pendidikan jarak jauh melalui modul-modul pembelajaran yang dibarengi dengan media pembelajaran dan televisi pendidikan yang dikenal dengan Televisi Edukasi. Ketika pandemi mewajibkan semua memanfaatkan berbagai infrastruktur teknologi, para guru dan siswa akhirnya mulai menyadari pentingnya pemanfaatan teknologi, sehingga semua harus menceburkan diri dalam jutaan perangkat teknologi pembelajaran. Hal itu dilakukan demi terlaksananya pembelajaran dalam situasi apapun dan dimanapun.
Untuk mewujudkan semua landasan teori tersebut, perlu didukung dalam berbagai model manajemen perubahan. Dalam model perubahan Kotter, 8 langkah untuk memimpin perubahan yaitu menciptakan urgensi, membangun koalisi, mengembangkan visi, mengkomunikasikan visi, menghilangkan rintangan, menghasilkan kemenangan jangka pendek, mempertahankan momentum, dan membuat perubahan berkelanjutan perlu dilakukan oleh masyarakat pendidikan, mulai dari guru, siswa, hingga pengampu kebijakan. Tidak salah jika pemerintah akhirnya melahirkan Program Guru Penggerak dan Program Sekolah Penggerak yang diharapkan mampu mengawal terjadinya transformasi pendidikan.
Dalam beberapa penelitian terakhir, Tono Supriatna Nugraha menuliskan tentang Kurikulum Merdeka yang berhasil dalam pemulihan krisis pembelajaran. Dalam hasil penelitiannya disebutkan bahwa implementasi Kurikulum Merdeka yang diberikan kepada satuan pendidikan berfokus pada pemanfaatan teknologi dan komunitas belajar untuk saling berbagi praktik baik antara guru, siswa, dan akademisi. Walaupun demikian, berbagai strategi dan platform telah banyak dikembangkan untuk implementasi Kurikulum Merdeka.
Sucipto dkk dalam artikel tentang tantangan implementasi Kurikulum Merdeka di sekolah dasar dengan menggunakan Systematic Literature Review menghasilkan bahwa terdapat tantangan dalam penerapan Kurikulum Merdeka diantaranya: (1) sarana prasarana yang belum menunjang; (2) SDM guru yang perlu ditingkatkan dalam penggunaan teknologi; (3) kesulitan dalam melakukan evaluasi pembelajaran; (4) kondisi siswa, orang tua, dan lingkungan; serta (5) ketimpangan kebijakan pemerintah.
Faktanya, Kurikulum Merdeka telah mewarnai perjalanan bangsa ini dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Dari Sabang hingga Merauke, dari Miangas hingga Pulau Rote. Dengan tantangan yang berbeda-beda, pesan kuat Kurikulum Merdeka yaitu untuk memerdekakan murid dan guru dalam beban-beban yang tak perlu, mengedepankan pembelajaran yang berfokus pada murid, serta mewujudkan pelajar yang memiliki 6 karakter utama telah dirasakan oleh banyak guru dan siswa, salah satunya Pak Made Pujangga dari SMAN 1 Basarang yang menyatakan bahwa Kurikulum Merdeka membantu guru untuk lebih mengenal murid dan menciptakan pembelajaran yang lebih relevan. Berbagai testimoni dan pengalaman baik guru dan siswa dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka, mengawal transformasi pendidikan terangkum melalui tautan https://pusatinformasi.guru.kemdikbud.go.id/hc/en-us/articles/7383354238489-Testimoni-Guru-dalam-Implementasi-Kurikulum-Merdeka
Walau pada akhirnya pemangku kebijakan akan selalu berubah, harapan kita bersama adalah semangat membangun wajah pendidikan bangsa ini tetap terjaga, semangat untuk berkolaborasi dalam memajukan negeri. (M. Shalehuddin Al’Ayubi, S.I.Kom., M.Hum.)