WhatsApp: +62 821-1555-5456

Kreativitas sebagai Kekuatan Pengembangan Diri

“Estetika berpikir ditentukan oleh seberapa kreatif kita berimajinasi dengannya.”

18 Oktober 2023
GuruPAUDDikmas, Denpasar – Setiap lembaga pendidikan memiliki keunikan masing-masing, baik dari segi geografis, keunikan latar belakang warga sekolah, maupun sumber dayanya. Lembaga yang ada di desa akan sangat berbeda dengan di kota, begitupun sebaliknya. Menyadari hal tersebut, mulailah ada perbandingan bahwa lembaga yang ada ada di kota terkesan lebih baik dan lebih lengkap dari segi fasilitasnya. Sebaliknya, lembaga yang ada di desa terkesan kurang karena begitu banyak hal yang tidak dapat diakses oleh lembaganya. Pada kenyataannya, yang paling berperan penting dalam pengadaan layanan pendidikan bukanlah hal tersebut. Pasalnya, sama saja kita berorientasi pada kelemahan, bukan kekuatan aset yang dimiliki. Padahal, hal ini menjadi sangat riskan bila dilakukan. Lalu, apa yang harus kita lakukan jika menemukan hal seperti ini? Setiap lembaga memiliki potensi berbeda yang bisa menjadi aset berbasis kekuatan, sehingga hal itulah yang perlu dikembangkan. Lalu, bagaimana dengan keterbatasan yang dimiliki? Di sinilah peran kreativitas menjadi krusial. Kreativitas senantiasa bisa mengurangi kesenjangan dari aset yang dimiliki. Dengan kreativitas setiap aset yang dimiliki lembaga dapat dimaksimalkan dengan sebaik-baiknya. Dari yang berorientasi dengan kelemahan aset, dengan sentuhan kreativitas dapat menjadi sebuah kekuatan. Lalu kreativitas seperti apa yang dibutuhkan untuk mewujudkan hal tersebut? Kreativitas tanpa batas yang tidak hanya bertumpu pada pemanfaatan sesuatu, tetapi kreativitas dari kecerdasan berpikirlah yang harus dimaksimalkan. “Estetika berpikir ditentukan oleh seberapa kreatif kita berimajinasi dengannya.” Sementara itu tantangan yang dihadapi adalah terkadang seorang guru tidak menyadari potensi yang dimilikinya. Padahal, potensi yang ada pada guru akan sangat mempermudah untuk pengembangan lembaga di tempatnya mengajar. Semakin banyak suatu lembaga memiliki tenaga guru dengan potensi yang beragam, maka semakin kaya lembaga tersebut dalam pengembangan sumber daya yang dimiliki. Setidaknya, potensi guru yang ada akan memberikan alternatif pembelajaran yang dapat diupayakan dan dapat menjadikannya beragam. Selain itu, guru-guru “zaman now” terlalu nyaman dengan zonanya, sehingga abai dengan pengembangan potensinya. Padahal, memaksimalkan potensi yang dimiliki tidak ada salahnya, apalagi jika dipadukan dengan sentuhan kreativitas hasilnya akan sangat luar biasa. Kenapa demikian? Karena potensi selalu dapat kita kembangkan. “Potensi adalah kekuatan terbesar yang selalu dapat dikembangkan dengan sentuhan kreativitas tanpa batas.” Menyadari potensi memiliki tempat tersendiri dan kreativitas menjadi penggerak utama, penting rasanya seorang guru memaksimalkan potensi yang ia miliki dengan lebih kreatif lagi mengasah potensi tersebut. Selain potensi, bakat turut menjadi kemampuan dasar yang saling melengkapi. Manusia memiliki bakat sejak lahir yang merupakan kodrat alamnya. Lalu, apa yang terjadi dengan bakat-bakat pada setiap manusia, seiring berjalannya tuntutan kodrat zaman? Jika diibaratkan, bakat adalah sebuah kendaraan, dan kodrat zaman adalah lintasan yang harus dilalui. Lalu dalam perjalanan menjadi atau melintasi tantangan kodrat zaman. Maka, bakat-bakat yang dimiliki hendaknya harus dilatih dan diasah sedemikian rupa, dan hasil dari pengembangan bakat itulah yang akan menjadi potensi. Potensi sendiri lebih merujuk pada kemampuan terbesar yang kita miliki. Ini menjadi sebuah tren, yang nantinya bisa dimaanfaatkan untuk mengembangkan potensi-potensi lain dalam bidang pengembangan. Anak-anak pun memiliki bakatnya tersendiri. Akan tetapi, dalam pendidikan anak usia dini bukanlah bakat anak yang dikembangkan, namun potensinyalah yang sesuai dengan bakat anak-anak tersebut. Sehingga, ini menjadi bekal memenuhi tuntunan kodrat zaman. Menyadari potensi saya dalam bidang melukis yang telah dipelajari selama 7 tahun, saya menyadari tidak memiliki bakat dalam melukis. Hingga akhirnya, potensi melukis yang saya dapatkan dari sentuhan kerja keras selama belajar di SMK dan kuliah, saya terapkan dalam memberikan tuntunan yang berkolaborasi dengan kerja keras dan kreativitas. “Kolaborasi dari potensi, kerja keras, dan kreativitas adalah kekutan besar yang kita sebut kerja cerdas.” Sementara itu guru memiliki peranan yang amat sangat krusial dalam membentuk ekosistem pembelajaran. Dengan demikian, pengembangan potensi guru wajib dilibatkan. Selain itu, penting rasanya mengolaborasikan potensi dengan kreativitas. Jadi, potensi tanpa sentuhan kreativitas akan selalu menjadi kekuatan aset yang kita miliki. Pelajaran yang bisa dipetik dari tulisan ini adalah setiap manusia terlahir dengan bakat (kodrat alamnya). Namun, bakat tersebut hendaknya harus terus diasah dan dilatih, sehingga dapat menjadi potensi besar yang menunjang pemenuhan tuntunan kodrat zaman. Mengutip dari pernyataan gelandang tim nasional Portugal, Ricardo Quaresma, kegagalannya menjadi bintang besar sepak bola dunia adalah karena hanya berpikir bahwa dengan bakat saja sudah cukup. Sehingga, dia menjadi malas berlatih, dan pada akhirnya gagal mengembangkan potensinya menjadi bintang sepak bola besar. Berbeda dengan Cristiano Ronaldo dan Leonel Messi, dua legenda sepak bola ini benar-benar cemerlang dalam karier sepak bolanya karena bakat alam yang mereka miliki. Mereka juga disiplin berlatih mengembangkan bakatnya menjadi sebuah potensi yang mengantarkan mereka ke panggung sepak bola terbesar dunia. Oleh karena itu, sadarilah bakatmu, teguhkan dirimu, disiplin, dan berlatih, maka potensimu akan maksimal! “Merdeka berpikir merupakan wujud sederhana membebaskan kreativitas berpikir menjadi potensi yang mutlak dijadikan kekuatan aset.” (I Kadek Permana, TK Kumara Windu Kencana I, Denpasar)

Baca artikel lainnya:

Kembali ke Daftar Artikel