GuruPAUDDikmas, Kudus – Langkah-langkah si kecil terlihat beriringan memasuki PAUD Terpadu Kalirejo di pagi yang cerah pada Senin awal Mei 2024. Usai meletakkan tas, terlihat anak-anak duduk rapi berbaris mendengarkan cerita sang guru sebelum masuk kelas. Tiba saatnya masuk kelas, mereka pun tampak kian sumringah sambil melangkah menuju ruang kelas masing-masing diiringi alunan lagu anak-anak.
Menurut Kepala PAUD Terpadu Kalirejo, Sumiyati, pembiasaan pagi sebelum masuk kelas dilakukan di hall dengan materi yang berbeda setiap harinya, yakni nasionalisme (Senin), agama (Selasa), seni (Rabu dan Sabtu), literasi (Kamis), dan senam (Jumat). “Setelah masuk kelas, dilakukan eksplorasi yang dimulai dengan doa sebelum bermain dan belajar, presesi, penyampaian topik, dan tanya jawab,” terangnya.
Berdiri sejak 27 November 2019, PAUD Terpadu Kalirejo sebelumnya bernama TK Pertiwi Kalirejo yang kemudian digabung dengan lembaga Pos PAUD Taman Bermain Permata. Memiliki luas tanah 5.000 meter persegi, satuan pendidikan yang terbilang modern ini mempunyai pelbagai sarana prasarana mumpuni yang mencakup ruang kelas, pantry, ruang makan anak, toilet anak, toilet guru, playground, rumah pohon, tempat cuci tangan, hall, dan arena sains. “Saat ini kami memiliki jumlah peserta didik sebanyak 106 siswa dan jumlah pendidik sebanyak 10 guru. Adapun jumlah rombongan belajar sebanyak 6 kelas yang terdiri atas 2 kelas KB, 2 kelas A, dan 2 kelas B,” jelas Sumiyati.
Lantas, apa yang membedakan PAUD Terpadu Kalirejo dengan PAUD lainnya? Selain berstandar nasional, PAUD Terpadu Kalirejo diketahui menerapkan program pembelajaran berbasis inkuiri dengan penerapan Kurikulum Merdeka, serta mengembangkan kemampuan berpikir komputasional dalam kegiatan pembelajarannya. “Dengan lingkungan yang asri serta mendukung kegiatan fisik motorik anak, kami memiliki program unggulan untuk menyiapkan pembelajar yang cakap, kreatif, dan mandiri secara utuh melalui kegiatan pembelajaran, seperti berkebun dan beternak, kelas drama, ilmuwan cilik, memasak, dan permainan motorik di luar ruangan,” ungkap Sumiyati.
Sumiyati menjelaskan, satuan pendidikan yang digawanginya berupaya mengembangkan dan menumbuhkan rasa keingintahuan anak untuk berpikir kreatif, kritis dalam pemecahan masalah, komunikatif, kolaborasi, dan komputasinal. “Sehingga, mereka dapat meningkatkan kemandirian dan memiliki sikap yang mencerminkan akhlak mulia,” katanya.
Hadirnya satuan pendidikan nan nyaman tersebut, tambah Sumiyati, membuat para peserta didik menjadi senang bermain, bersemangat, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, mudah bersosialisasi, memiliki imajinasi dan fantasi, serta suka berpetualang. Namun demikian pendidik juga memiliki kiat tersendiri menghadapi peserta didik yang membutuhkan perhatian khusus. Hal tersebut dilakukan, mulai dari mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan siswa yang membutuhkan perhatian khusus, memberikan pendekatan melalui edukasi terhadap orang tua dan peserta didik sesuai kebutuhan, memberikan pendampingan, serta melakukan evaluasi secara berkesinambungan.
“Kami juga mengadakan kegiatan parenting sekolah tiap 3 bulan sekali, menjalin komunikasi terkait perkembangan peserta didik melalui grup kelas maupun chat pribadi, melakukan kunjungan (home visit), dan melibatkan wali murid dengan kegiatan-kegiatan sekolah,” terang Sumiyati.
Hingga akhirnya, Sumiyati berharap, para peserta didiknya menjadi lebih mandiri, kreatif, dan mempunyai rasa percaya diri yang tinggi. “Selain itu, kami juga melakukan peningkatan kompetensi pendidik melalui pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,” pungkasnya. (AP)