WhatsApp: +62 821-1555-5456

Inovasi Playmate Bilingual untuk Anak Usia Dini

Tak hanya meningkatkan kemampuan berbicara dan melakukan gerak tubuh, Playmate Bilingual juga memberikan anak ruang untuk bereksplorasi.

19 Oktober 2023
GuruPAUDDikmas, Palembang – Tempat bermain dan alat permainan anak pascapandemi Covid-19 mengalami perubahan. Dampak Covid-19 sangat mempengaruhi tren permainan anak (Rauzana & Setia Ningsih, 2021). Intensitas waktu untuk anak bermain aktif menjadi berkurang. Padahal, bermain aktif merupakan bentuk stimulasi untuk mengembangkan kemampuan motorik anak usia dini, seperti berlari, melompat, dan bergelantungan. Aktivitas fisik motorik ini akan berdampak pada siapnya seorang anak untuk memegang pensil ketika akan belajar menulis. Alhasil, tingkat perkembangan dan kesulitan anak usia dini sangat penting untuk dipertimbangkan dalam inovasi alat permainan edukatif (APE) yang digunakan sebagai sumber belajar bagi anak untuk memperoleh pengalaman belajar. APE digunakan sebagai salah satu upaya menciptakan situasi dan lingkungan yang merangsang motivasi belajar anak, serta sarana untuk mengembangkan aspek perkembangan anak secara optimal. Produk permainan edukatif Playmate Bilingual berhasil diimplementasikan di TK IT Uswatunn Hasanah Palembang. Implementasi kegiatan bermain menggunakan Playmate Bilingual dapat dilakukan di dalam ruangan (indoor). Guru menjelaskan aturan permainan alur 1-4, serta mencontohkan (praktik). Pada tanda start pertama, anak-anak mendapat dua pilihan, yaitu menyebutkan huruf alfabet dari a-z dan menyebutkan warna. Alur permainan pertama ini dapat menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Pada alur permainan pertama, anak berjalan mengikuti huruf alfabet yang berada di pola telapak kaki. Bisa dengan berjalan seirama maupun melompat. Ketika selesai alur permainan pertama, anak mendapat reward berupa ucapan “kamu hebat”, “kamu cerdas”, dan tepuk tangan dari teman-teman. ![WhatsApp Image 2023-10-15 at 09.18.59.jpeg](https://gurupauddikmas.kemdikbud.go.id/api/uploads/Whats_App_Image_2023_10_15_at_09_18_59_eaa865d676.jpeg) Kemudian pada alur permainan kedua, anak-anak mulai lagi di tanda “start”. Pada alur permainan kedua, anak mendapat dua pilihan, yaitu berhitung menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Kemudian pada alur permainan ketiga, anak menirukan gaya kupu-kupu yang sedang terbang dengan mengikuti pola gambar kupu-kupu. Anak sambil bernyanyi “Kupu-kupu yang lucu…” atau menyebutkan kata “fly” yang berarti terbang. Hal tersebut sejalan dengan hasil riset Nai’mah terkait pola pengajaran berbahasa Inggris yang dilakukan oleh guru dapat dilakukan melalui strategi pembelajaran, seperti kegiatan bernyanyi (Na’imah, 2022). Kemudian pada alur permainan terakhir, anak-anak menirukan gaya katak yang sedang melompat dengan mengikuti pola gambar katak. Anak-anak sambil menyebutkan kata “lompat” atau “jump”. Anak-anak terlihat sangat antusias dan bersemangat dengan pengenalan permainan edukatif yang baru ini. Playmate Bilingual yang digunakan di dalam kelas melatih anak berbicara, menambah kosa kata baru, serta menambah pengetahuan anak tentang kosa kata bahasa Inggris. Selain itu, kegiatan bermain menggunakan Playmate Bilingual juga dapat diimplementasikan di luar ruangan (outdoor). Adapun peralatan yang diperlukan untuk penggunaan outdoor, yaitu Playmate Bilingual dan pengeras suara. Guru memberikan stimulasi dengan mengajak anak bernyanyi dan stretching. Kemudian guru memberikan penjelasan tentang aturan permainan, sekaligus memberikan contoh (memperagakan cara bermain). Bunda Fani memberikan contoh gaya terbang seperti kupu-kupu, lalu Bunda Fani menyanyi lagu “Kupu-kupu yang lucu…”. Bunda Fani juga menirukan lompat seperti katak, serta menyebutkan kata “jump”. Saat anak-anak bertanya maksud dari “jump”, Bunda Rani menjelaskan bahwa kata tersebut berasal dari bahasa Inggris yang berarti lompat. Jika permainan indoor menggunakan Playmate Bilingual, anak-anak satu per satu bergiliran untuk bermain. Jika permainan outdoor menggunakan Playmate Bilingual ini, anak-anak dapat bermain 4 orang sekali putaran permainan. Anak-anak dibagi menjadi 4 barisan yang berdiri pada tanda mulainya masing-masing. Setiap satu kali permainan terdapat 4 anak yang berada di atas Playmate Bilingual. Untuk anak yang telah selesai melewati alur permainannya, bisa ikut berbaris di alur permainan berikutnya. Setelah selesai permainan, guru mengajak anak untuk membereskan alat permainan Playmate Bilingual. Guru memberikan ceklis observasi perkembangan bahasa dan motorik pada setiap anak menggunakan ceklis penilaian serta catatan anekdot. Sejatinya, kegiatan bermain merupakan proses belajarnya anak usia dini. Dalam riwayat, sejak kecil Rasulullah SAW bermain dengan anak-anak lainnya. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Kamu telah melihat aku bersama anak-anak suku Quraisy memindahkan batu-batu untuk membuat permainan anak-anak. Kami semua melepas pakaian dan mengambil kain. Kemudian kami mengikat kain tersebut ke leher kami untuk membawa batu tersebut....” Berdasarkan deklarasi PBB disebutkan bahwa hak anak adalah mendapat kesempatan bermain dan berkreasi (Patmonodewo, 2003). Sedangkan Ostroff (2013) menyebutkan, anak-anak belajar melalui permainan, anak menyesuaikan diri dengan lingkungannya, anak mengenal suara, anak belajar berkata-kata. Anak-anak belajar paling baik sewaktu mereka bermain. Permainan meningkatkan kemungkinan anak berbicara dan melakukan gerak tubuh sebagai bentuk latihan fisik motorik. Bermain memberikan anak ruang yang luas untuk bereksplorasi, mencoba banyak hal, serta menemukan banyak masalah. Alhasil, anak-anak berpikir kritis dan belajar menentukan pilihan. Melalui aktivitas bermain, anak-anak menemukan pengetahuan-pengetahuan baru. Merdeka Belajar, Merdeka Bermain! (Siti Sri Rahayu, Kepala TK IT Uswatunn Hasanah, Kota Palembang)

Baca artikel lainnya:

Kembali ke Daftar Artikel