GuruPAUDDikmas, Langsa – Transformasi pembelajaran merupakan sebuah perubahan yang dilakukan secara mendasar melalui konsep mengajar dan belajar bagi seorang guru dan peserta didik. Proses tersebut melibatkan pergeseran paradigma melalui beberapa metode pembelajaran tradisional yang lebih berpusat pada guru, bukan kepada peserta didik. Adapun dalam proses transformasi saat ini, pembelajaran dilakukan secara aktif, inovatif, relevan dengan perkembangan zaman, dan berpusat pada peserta didik.
Transformasi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student-centered learning) merupakan proses yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk aktif dalam mengeksplorasi, menemukan, dan membangun pengetahuannya sendiri. Dalam ruang lingkup sekolah TK, setiap guru wajib menerapkan pembelajaran yang relevan dan menarik minat siswa, memanfaatkan sumber daya yang ada untuk menjadikan pembelajaran yang kreatif, serta menyesuaikan pembelajaran dengan perkembangan zaman. Berikut ini prinsip pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan sesuai dengan perkembangan zaman:
- Siswa sebagai Pusat. Semua kegiatan pembelajaran dirancang untuk memenuhi kebutuhan dan minat peserta didik.
- Pembelajaran Aktif dan Bermakna. Setiap peserta didik terlibat dalam berbagai aktivitas, seperti diskusi, eksperimen, proyek, dan presentasi.
- Konteks Nyata. Materi pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dari seluruh peserta didik.
- Kolaborasi. Setiap peserta didik belajar bersama dalam kelompok untuk saling berbagi ide pengetahuan.
- Refleksi Pembelajaran. Peserta didik memahami dan dapat merefleksikan proses pembelajaran yang telah dilakukan.
Bangkitkan Nasionalisme
Nasionalisme adalah suatu perasaan cinta dan bangga yang mendalam terhadap bangsa dan negara Indonesia. Dalam proses pembelajaran, guru wajib menanamkan ikatan emosional yang kuat dalam diri peserta didik untuk menyatukan identitas bersama dan mendorong setiap makhluk untuk memiliki rasa memiliki, tanggung jawab, dan kesetiaan terhadap tanah air. Dengan pendekatan yang tepat, searah, dan konsisten, guru mampu membentuk peserta didik yang siap membangun masa depan.
Transformasi pembelajaran melalui rasa nasionalisme yang dapat diterapkan pada anak usia TK, yaitu dengan cara guru memberi stimulus menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan dalam keberagaman adat-budaya dan suku, menanamkan nilai gotong royong untuk saling membantu dan bekerja sama, membentuk rasa cinta tanah air dan budaya bangsa, serta menghargai perjuangan para pahlawan dan sejarah bangsa.
Konsep pembelajaran dalam lingkungan TK yang bermakna dan menyenangkan, membuat saya sadar dalam melakukan aktivitas kegiatan belajar-mengajar melalui topik “Indonesiaku” dan sub topik “Negaraku.” Guru harus mampu mengajak peserta didik untuk menghormati lingkungan, mengajak anak untuk mencintai Indonesia, mengenal lambang negara Indonesia, warna bendera Indonesia, lagu nasional kebangsaan Indonesia, melibatkan peserta didik dalam kegiatan mengenal pakaian adat dari setiap daerah, serta memanfaatkan teknologi pembelajaran kolase padi dan kapas pada sila ke-5 Pancasila. Pada kegiatan tersebut anak dapat memahami mengapa setiap warga negara Indonesia harus memiliki rasa nasionalisme dalam diri agar bisa berpegang teguh pada hakikat suku, budaya, agama, dan ras yang terdapat dalam lingkungannya.
Melalui beberapa kegiatan yang telah diikuti oleh peserta didik dalam mengawali transformasi pembelajaran melalui rasa nasionalisme, anak dapat menunjukkan rasa syukur kepada Allah Sang Pencipta karena diberikan kesehatan dan tubuh yang lengkap untuk bisa menumbuhkan rasa nasionalisme dalam diri, memiliki rasa semangat untuk bisa membela negara Indonesia, menghargai budaya-adat istiadat sejarah Indonesia, dan memiliki rasa cinta-kasih sayang terhadap negara. Kegiatan yang dilakukan pada lingkungan sekolah TK bersama teman-teman dilakukan dengan mengikuti kegiatan pawai alagoris dengan pakaian adat, bernyanyi lagu kemerdekaan, membuat bendera negara Indonesia, serta melakukan kegiatan kolase bersama teman-teman.
Kolase yang akan dibuat, yaitu bagian dari sila ke-5 Pancasila, ibu guru mengajak anak-anak untuk ikut aktif dalam kegiatan. Beberapa media yang diperlukan, yakni kertas HVS berwarna putih, sketsa gambar padi dan kapas, kapas putih, padi beras, dan lem kertas.
Dengan penuh semangat yang tinggi anak-anak memahami perintah ibu guru dengan mengikuti arahan dalam proses kegiatan kolase. Tahap demi tahap anak-anak sangat excited dalam proses pengerjaannya. Mereka menyusun butir padi dengan mengikuti pola gambar, serta menempel kapas pada pola gambar yang telah disediakan. Dalam waktu ±45 menit anak-anak berhasil menyelesaikan kegiatan dengan perasaan senang.
Asesmen penilaian dalam kegiatan tersebut yang diperhatikan oleh guru, yaitu anak-anak memiliki peningkatan yang mulai berkembang terhadap capaian perkembangan nilai agama dan budi pekerti, jati diri (sosial-emosional-motorik halus), literasi, serta STEAM (bahasa, kogntif, dan seni). Anak dapat mengerjakan sampai selesai, serta capaian aspek perkembangan peserta didik sudah muncul dengan sangat baik. (Siti Maghfhirah, Guru TK Siwi Kencana, Kota Langsa, Aceh)