WhatsApp: +62 821-1555-5456

Dari Pelosok Siapkan Generasi Emas

Sugiono tampaknya tidak dapat lagi menyembunyikan kebanggaan dan kekaguman kala dirinya berkesempatan mengunjungi TK Budi Utomo di Jatibanteng, Situbondo, Jawa Timur, beberapa waktu silam.

31 Agustus 2023
"Tersentuh Program Organsasi Penggerak, sekolah terpencil itu kini terus berbinar hingga berimbas ke sekitarnya" GuruPAUDDikmas, Surabaya – Sugiono tampaknya tidak dapat lagi menyembunyikan kebanggaan dan kekaguman kala dirinya berkesempatan mengunjungi TK Budi Utomo di Jatibanteng, Situbondo, Jawa Timur, beberapa waktu silam. Meski satuan pendidikan anak usia dini (PAUD) ini tidak jauh berbeda dengan lainnya, namun tidaklah mudah untuk menyambanginya. “Harus melalui sungai besar yang saat musim hujan airnya mengalir deras hingga siswa harus digendong untuk menggapai sekolah. Pernah saat musim hujan siswa tidak bersekolah hingga satu bulan,” kisah Sugiono yang kala itu mengemban tugas sebagai Pendamping Lapangan Program Organisasi Penggerak (PL POP). Meski demikian, bila musim kemarau, peserta didik dapat bersekolah melewati sungai dengan menapaki batu-batu besar. Apabila tidak melewati sungai, maka mereka harus memutar melewati jalan sepanjang 30 kilometer! “Bila berjalan lurus sekitar 2 kilometer harus melewati sungai, berjalan di tanah, lalu melewati sungai kembali. Jadi, harus melewati dua sungai yang tidak memiliki jembatan,” jelas Sugiono. Meski demikian, POP yang dikembangkan di satuan pendidikan tersebut berjalan amatlah mulus. Pasalnya, setahun berjalan, satuan pendidikan sudah dapat memahami visi misi sekolah, serta melihat potensinya lebih dalam lagi.“Visi misi sudah terbentuk, sekolah juga dapat memanfaatkan potensi sekitarnya. Sekolah pun telah menjalankan kerja sama yang baik dengan orang tua, kantor desa, dan puskesmas. Anak-anak dibawa mengunjungi puskesmas misalnya, serta orang tua banyak yang terlibat dalam kegiatan sekolah,” ungkap Sugiono. Tak heran, tahun berganti, jumlah peserta didik kian meningkat di sekolah tersebut. “Dari mulanya berjumlah belasan, dua tahun berikutnya sudah mencapai lebih dari 20 orang siswa,” kata Sugiono. Ketertarikan guru SMAN 1 Panarukan, Situbondo, tersebut menjadi PL bukanlah tanpa alasan. Menurut Sugiono, Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) yang terbukti banyak memberikan kemajuan signifikan pada perkembangan pendidikan di Indonesia nyatanya juga memberikan tantangan tersendiri bagi dirinya. “Menurut saya, ini sangat bagus karena pendidikan tidak hanya dilihat dari satu sisi, melainkan membutuhkan peran serta orang tua dan masyarakat. Sehingga, saya pun tertarik mengikuti Program Organisasi Penggerak, bersama pemerintah bergotong-royong meningkatkan mutu pendidikan,” beber Sugiono. Meski mulanya belum memiliki gambaran apa yang bakal dilakukan, seiring proses seleksi, Sugiono pun menjadi mafhum tugasnya sebagai PL adalah mengawal organisasi masyarakat (ormas) yang terlibat dalam POP. “Saya pun akhirnya mengetahui bahwa ormas tersebut (Yayasan Bumi Hijau Center) masuk dalam kategori besar yang mencakup empat kabupaten, yakni Banyuwangi, Bondowoso, Situbondo, dan Lumajang,” terangnya. Meski hanya diminta untuk mengawasi satu kabupaten, namun Sugiono tetap memberikan perhatian terhadap empat kabupaten yang digawangi ormas tersebut. “Setiap ada kegiatan ormas, saya usahakan hadir untuk memastikan apa yang telah diprogramkan,” ujarnya. Menurut Sugiono, apa yang dikerjakan ormas tersebut sudah sesuai dengan programnya dan berjalan baik. “Ini terbukti tidak hanya saat kegiatan, namun juga saat saya melakukan kunjungan ke satuan pendidikan yang merasakan betul manfaatnya, terutama di sekolah-sekolah pinggiran yang belum tersentuh sama sekali,” tuturnya. Yang Terjal Menuju Sumbermalang Usai TK Budi Utomo, Sugiono kembali dibuat terkagum-kagum kala mengunjungi TK PGRI 10 Sumbermalang. Bukan melewati sungai yang sangat deras kala hujan, Sugiono harus merasakan “deg-degan” menggunakan alat transportasi publik roda dua yang dimodifikasi khusus menuruni jalan terjal guna menuju lokasi sekolah tersebut. “Jadi, pertama naik mobil ke atas gunung, kemudian menggunakan ojek motor untuk menuju sekolah yang berada di lembah,” ujar Sugiono. Nyatanya, kekaguman Sugiono tak berhenti sebatas jalan menuju lokasi. Meski berada di lembah, namun wilayah tersebut juga memiliki pegunungan yang menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan menuju sekolah. “Namun, sekolah ini ternyata sangat kreatif, yakni dengan mendirikan sekolah jarak jauh. Alhasil, setiap harinya guru bergantian mengajar di sekolah jarak jauh tersebut karena siswanya tidak mungkin menuju sekolah induk di lembah tersebut. Mereka bukan pegawai negeri, mungkin honornya sekitar Rp300 ribu per bulan. Mereka betul-betul ikhlas membangun sekolah jarak jauh,” terang Sugiono berkaca-kaca. Pengalaman selama sekitar tiga tahun menjadi PL inilah yang membuat Sugiono merasa mendapatkan banyak pelajaran berharga. “Arti keikhlasan, kemandirian, gotong-royong, dan kreatif justru saya dapatkan ketika saya berkunjung ke sekolah-sekolah terpencil tersebut. Profil Pelajar Pancasila bagi mereka (guru-guru, red) bukanlah sekadar jargon, mereka telah mengamalkannya,” ungkapnya. Tak hanya berkembang sendiri, satuan-satuan pendidikan yang dilibatkan dalam POP juga turut menerangi satuan pendidikan lain di sekitarnya. “Sehingga, ilmu yang didapat dari POP minimal terimbas ke satu sekolah terdekatnya. Biasanya juga tidak satu, melainkan dua-tiga sekolah,” jelas Sugiono. Sugiono pun kembali mengungkapkan kebanggaannya terhadap satuan pendidikan yang mulanya sebatas mengandalkan bantuan. “Ternyata kebahagiaan saya (guru-guru sekolah, red) adalah ketika berbagi dengan sekolah lain, meskipun hanya sebuah inovasi kecil. Jadi, mindset mereka telah berubah,” terangnya. Tak hanya ormas, setiap kunjungan Sugiono ke sekolah-sekolah tersebut juga didampingi oleh dinas pendidikan terkait. “Di situlah mereka mengetahui kondisi satuan pendidikan yang sebenarmya. Alhasil, mereka pun dapat menentukan prioritas dalam menyalurkan dana bantuan, semisal BPO bagi satuan pendidikan di wilayahnya,” ujarnya. Meski POP terhitung usai pada tahun ketiga ini, Sugiono tetap berharap dirinya bisa terus membantu program pemerintah untuk terus memajukan pendidikan Tanah Air tercinta. “Melalui POP ini, saya betul-betul mengagumi guru-guru TK. Jenjang pendidikan ini memang butuh perhatian khusus. Saya pun sangat bahagia dapat turut berbagi melalui kegiatan ini. Saya juga berharap POP dapat terus berlanjut,” pungkasnya. (AP)

Baca artikel lainnya:

Kembali ke Daftar Artikel