GuruPAUDDikmas, Jakarta – Pada era sekarang sangat penting bagi anak-anak untuk memiliki fondasi berfikir yang kritis, juga logis berdasarkan prinsip berpikir komputasi yang menjadi fondasi dasar kemampuan mereka. Tentunya, guru-guru juga diharapkan dapat menerapkannya di sekolah, serta bermanfaat dan menjadi sebuah batu loncatan untuk dapat memahami bagaimana berpikir komputasional pada anak usia dini di Indonesia.
Oleh sebab itulah, Direktorat Guru Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, bersama Korea National University of Education (KNUE) menggagas kegiatan “Pengembangan Kompetensi Non-Gelar bagi Pendidik PAUD melalui Micro Credential Bidang Berpikir Komputasional Anak Usia Dini.” Program tersebut bertujuan untuk memperkenalkan konsep computational thinking (CT) pada anak usia dini, yakni sebuah pendekatan yang mengajarkan anak-anak cara berpikir kritis, logis, serta sistematis. Pasalnya, berpikir komputasional tidak hanya penting untuk pengembangan teknologi, tetapi juga untuk menghadapi tantangan di masa depan yang semakin mengandalkan keterampilan problem solving dengan prinsip teknologi.
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Hyeong Jong Choi dari KNUE menekankan bahwa pendidikan harus diarahkan untuk mempersiapkan anak-anak menghadapi masa depan. “Anak-anak adalah sumber daya manusia yang akan hidup dalam dunia yang berbeda dari masa sekarang. Oleh karena itu, guru-guru diharapkan mampu menerapkan pembelajaran yang relevan dengan teknologi masa depan, seperti konsep computational thinking (CT),” ujarnya.
Prof. Hyeong menambahkan bahwa kemampuan berpikir komputasional sudah menjadi bagian dari pendidikan di berbagai negara maju, seperti Amerika Serikat, Eropa, dan Korea. Pendidik PAUD dapat mengajarkannya dengan alat-alat yang ada di masa/periode sekarang. Meskipun demikian, kita harus membelajarkan mereka sebagai persiapan di masa mendatang. "Mereka nantinya akan bekerja dengan teknologi. Jadi, penting untuk menguasai CT agar bisa menyelesaikan masalah dengan cara ilmiah," lanjutnya.
Berpikir komputasional memberikan dasar berpikir seperti seorang programmer, yakni setiap masalah dipecahkan secara sistematis dan rinci. Anak usia dini diharapkan tidak hanya familiar dengan komputer sebagai alat, tetapi juga dapat menggunakannya untuk menyelesaikan berbagai permasalahan di masa depan, layaknya ilmuwan komputer. Pengembangan kemampuan tersebut sangat berguna karena berbagai pekerjaan di masa depan akan melibatkan teknologi dan perangkat digital. Akan tetapi, hal yang tidak kalah penting adalah bagaimana tingkat kemampuan kita untuk bisa membedakan penggunaan atau pemanfaatan komputer tersebut. “Nantinya anak-anak didik kita akan memiliki pekerjaan yang berbeda-beda di masa depan, pastinya akan menggunakan komputer. Oleh karena itu, penting sekali untuk mendalami CT agar mereka dapat menyelesaikan masalah layaknya seorang ilmuwan komputer,” tambah Prof. Hyeong.
CT dan PAUD
Pendidikan anak usia dini (PAUD) sangat penting, karena masa-masa itu anak-anak banyak menyerap informasi, serta menjadi salah satu fondasi awal tempat berangkatnya kemampuan mereka. “Jadi, dengan berbagai kegiatan CT yang dilakukan dapat meningkatkan daya ingat, pengenalan terhadap suatu masalah atau pola, sehingga bisa meningkatkan kemampuan anak-anak ketika nanti berada di masyarakat,” jelas Prof. Hyeong.
Menurut salah seorang peserta, Dwi Putri Nirmala dari TK Negeri Pembina Wawonii Barat, Konawe Kepulauan, Sulawesi Tenggara, dirinya sangat terkesan pada materi yang disampaikan oleh Prof. Hyeong terkait dengan decomposition. Saat itu peserta diminta untuk menuliskan urutan-urutan dalam menggosok gigi untuk komputer. “Kesimpulan yang diambil adalah daripada menjelaskan dengan panjang lebar, suatu instruksi akan lebih mudah jika dijelaskan secara sederhana dan detail, akan lebih mudah untuk dipahami dan dilaksanakan,” kesannya.
Sementara itu peserta lainnya, Yovana Litamala dari TK Xaverius 1 Jambi, mengaku sangat beruntung dan berterima kasih dapat bergabung pada kegiatan micro credential berpikir komputasional tersebut. “Program ini sangat menarik karena pematerinya sangat kompeten di bidangnya. Saya harap setelah program ini selesai, seluruh peserta dapat tetap terhubung dengan penyelenggara dan narasumber, bekerja sama untuk menerapkan CT di sekolah kami,” tuturnya.
Sebagai informasi, peserta yang mengikuti kegiatan tersebut berjumlah 50 pendidik PAUD dari 23 provinsi yang telah lulus seleksi. Alhasil, semua peserta yang hadir tampak sangat antusias dan bersemangat mengikuti kegiatan hingga usai dengan adanya narasumber yang kompeten dan aktivitas yang menarik. (Rika Jayanti)