Pada bulan Maret 2020, Indonesia digemparkan dengan adanya Covid-19. Hal ini berdampak pada banyak sektor, termasuk berdampak pada proses pembelajaran di sekolah-sekolah. Dalam waktu yang singkat, guru harus mempersiapkan pembelajaran jarak jauh. Murid-murid juga harus beradaptasi dengan pembelajaran di rumah masing-masing. Dampak ini pula yang saat itu kami rasakan di TK Eksperimental Mangunan Yogyakarta. Seiring berjalannya waktu, ada hal yang kami rasa “hilang” karena tidak bisa mendampingi murid secara langsung. Sedangkan kami merasa bahwa antara guru dan anak TK perlu adanya kedekatan secara emosial. Singkat kata, anak sedikit mengalami “lost learning.” Yang bisa kami andalkan saat itu untuk memberikan pendampingan bagi anak adalah orang tua.
Hal itu pula yang salah satunya melatarbelakangi adanya kegiatan “Literasi Anak Jempol” di TK Eksperimental Mangunan. Alasan yang lebih utama, kami memiliki pembelajaran khas yaitu MBB (membaca buku bagus) yang diwariskan oleh Rm. YB. Mangunwijaya sebagai pendiri sekolah kami. MBB adalah proses dimana anak membaca buku baik membaca sendiri maupun bersama orang lain. Buku bagus disini adalah jenis buku petualang untuk mengajak anak mencari dan menemukan hal baru atau buku yang mengandung nilai kebaikan untuk membangun karakter.
Dalam kegiatan LAJ, orang tua membacakan buku selama 17 hari berturut-turut di rumah masing-masing. 17 hari kami rasa cukup untuk membuat anak memiliki pembiasaan baru. Tujuan dari kegiatan ini adalah mengajak anak untuk menyukai buku (terbiasa dengan buku), menjalin kedekatan antara anak dan orang tua, menumbuhkan rasa ingin tahu, penasaran, kagum dan kemudian bertanya. Harapannya LAJ juga dapat menumbuhkan imajinasi, keberanian mengungkapkan ide, melatih berkomunikasi, memperjelas pelafalan, serta memperbanyak kosa kata baru. Yang disasar dalam kegiatan ini adalah konsistensi. Dari konsistensi yang terbentuk, diharapkan membaca buku menjadi sebuah budaya yang tercipta dalam diri anak bahkan sampai lingkup keluarga.
Selama proses LAJ, orang tua mendokumentasikan proses membaca buku dalam bentuk video berdurasi 2-3 menit. Orang tua menyampaikan bagaimana respon anak selama dibacakan buku dan mencatat pertanyaan yang muncul. Setiap hari akan ada tim feedback yang akan memberikan respon pada video yang dikirimkan orang tua dan juga mengapresiasi proses membaca buku yang sudah terlaksana di rumah. Sampai tahun ini, sudah 6 kali LAJ dilaksanakan di sekolah kami. Pesertanya adalah seluruh siswa. Pada akhir kegiatan, kami mengadakan pesta kostum. Anak bahkan guru memakai kostum sesuai tokoh yang menginspirasi dari buku yang dibaca selama proses LAJ. Kostum disiapkan di rumah bersama orang tua masing-masing. Kami menyarankan kostum dibuat menggunakan barang-barang yang ada di rumah atau barang bekas sehingga kostum yang tercipta minim biaya.
Berdasarkan hasil evaluasi dari orang tua melalui google form yang kami bagikan pada akhir semester, kegiatan LAJ mendapatkan banyak respon positif dari orang tua. LAJ menjadi salah satu program sekolah yang dirasa paling berdampak bagi perkembangan anak dan paling berkesan bagi orang tua. Menurut orang tua, anak menjadi memiliki ketertarikan pada buku, semakin banyak bertanya, semakin memiliki banyak kosakata, dan semakin berani bercerita. Bahkan setelah kegiatan LAJ selesai, banyak anak masih meminta untuk dibacakan buku setiap hari. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa LAJ telah menjadi budaya dalam keluarga. Guru juga merasakan berbagai dampak positif seperti anak menjadi aktif bercerita, menjadi suka bertanya, berani mengungkapkan keinginan atau ide, dan juga semakin memiliki banyak kosakata. Dari berbagai respon positif dari orang tua dan manfaat yang dirasakan dari kegiatan LAJ ini, kami berharap ini bisa menjadi inspirasi bagi banyak pihak sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan literasi anak yang dimulai dari usia TK. (Desiana Dini Mardila, TK Eksperimental Mangunan)