GuruPAUDDikmas, Gresik – Proses belajar yang menyenangkan selalu menjadi poin utama bagi pendidikan anak usia dini. Adanya slogan “belajar sambil bermain, bermain seraya belajar” menuntut guru PAUD untuk menjadi kreatif dalam menyusun sebuah pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna bagi anak.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan pada pembelajaran anak usia dini adalah hands- on learning activity. Model tersebut menjadi salah satu strategi guru untuk membuat sebuah kegiatan yang berfokus pada anak dengan melibatkan empat komponen utama, yaitu menggali informasi dan bertanya, beraktivitas dan menemukan, mengumpulkan data dan menganalisis, serta membuat kesimpulan sendiri.
Dalam kegiatan tersebut, anak tidak hanya melihat sebuah obyek, namun mereka dapat menggunakan semua inderanya untuk mengamatinya secara langsung. Hal itu telah diungkapkan oleh Haury & Rillero (1994: 16) bahwa hand-on learning activity adalah aktivitas yang berpusat pada materi, manipulatif, dan praktis, yakni siswa memiliki obyek makhluk hidup maupun benda mati yang secara langsung dapat dieksplorasi. Artinya, siswa dapat terlibat langsung dalam aktivitas pembelajaran, serta memiliki kesempatan untuk merasakan dan melibatkan indera mereka secara langsung.
Pendekatan hands-on learning juga memiliki keunggulan dalam memotivasi siswa untuk belajar. Ketika siswa terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran, mereka merasa lebih terlibat dan bersemangat untuk mengeksplorasi konsep-konsep baru. Hal itu membantu menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan memicu minat intrinsik siswa untuk terus belajar dan berkembang.
Misalnya, melalui tema “Satwaku,” guru di TKM NU 76 Nurul Huda, Wadeng, Gresik, Jawa Timur, ingin mengajak anak-anak untuk mengenal hewan-hewan sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan. Namun, kami tidak ingin jika anak-anak hanya melihat gambar atau menonton sebuah video. Hal yang bisa kami lakukan adalah berkunjung ke kebun binatang. Akan tetapi, membutuhkan biaya yang tidak murah untuk membayar transportasi serta tiket masuk. Selain itu, di kebun binatang komersial terdapat keterbatasan untuk melakukan interaksi langsung dengan hewan.
Hadirnya Mini Zoo
Maka dari itu, lembaga TKM NU 76 Nurul Huda memiliki inisiatif untuk menyulap sekolah menjadi sebuah mini zoo. Lembaga bekerja sama dengan Komunitas Pecinta Satwa Jawa Timur untuk menggelar hewan-hewan yang mereka miliki, serta memberikan edukasi terkait hewan-hewan tersebut. Mereka pun membawa ular, kura-kura, biawak, tokek, iguana, sugar glider, musang, dan tegu. Di samping itu, kami juga meminta anak-anak membawa hewan peliharaannya. Ada yang membawa kucing, kelinci, hamster, ikan, burung, kura-kura, kupu-kupu, tupai, ayam, dan hewan lainnya.
Lingkungan sekolah juga didesain sedemikian rupa agar mirip dengan kebun binatang. Misalnya, menyediakan loket untuk pembelian gelang tiket, memberikan petunjuk arah peletakan hewan, serta menuliskan nama hewan dengan bahasa Indonesia, Inggris, dan Arab untuk menambah kosa kata bahasa asing.
Kegiatan pertama yang dilakukan anak-anak adalah antre membeli tiket, lalu masuk dengan tertib dan mengamati semua hewan yang tersedia. Setiap hewan dijaga oleh tim dari komunitas pecinta satwa. Sehingga, ketika anak-anak menghampiri hewan tersebut, mereka bisa dengan aman memegang, memberi makan, bahkan bertanya dan menggali informasi terkait hewan tersebut.
Setelah berkeliling mengamati hewan-hewan, anak-anak diarahkan untuk masuk ke ruangan mendengarkan arahan dan edukasi dari tim komunitas pencinta satwa. Mereka menjelaskan kepada anak-anak terkait cara perkembangbiakan hewan, makanan hewan, cara merawat hewan, serta apa yang perlu dilakukan ketika bertemu hewan-hewan tersebut di jalan atau sekitar rumah.
Salah satu nilai tambah dari metode pembelajaran hands-on learning melalui mini zoo adalah pengembangan empati dan kesadaran lingkungan pada siswa. Siswa dapat belajar untuk lebih menghargai keberagaman hayati dan kebutuhan perlindungan lingkungan melalui sentuhan langsung dengan hewan-hewan dan alam. Selain itu, pengalaman merawat hewan-hewan di mini zoo juga dapat membantu siswa mengembangkan rasa empati terhadap makhluk hidup lainnya.
Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki, metode pembelajaran hands-on learning melalui mini zoo dapat menjadi pilihan yang menarik untuk memperkaya pengalaman belajar siswa. Melalui interaksi langsung dengan hewan-hewan dan alam, siswa tidak hanya dapat meningkatkan keterlibatan dalam proses pembelajaran, tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang lebih menyeluruh dan bermakna.
Semoga dengan adanya kegiatan tersebut, anak-anak lebih menyayangi dan memiliki rasa kasih sayang terhadap makhluk ciptaan Tuhan, salah satunya hewan. Pada akhir kegiatan, anak-anak juga diberi amanah untuk merawat dan menjaga hewa-hewan yang ada di sekitarnya. Sehingga, mereka memiliki rasa tanggung jawab dengan hewan peliharaan maupun hewan di sekitarnya, serta sadar terhadap tanggung jawabnya terhadap ciptaan Tuhan. (Ismiatul Khumaidah, guru TKM NU 76 Nurul Huda)