GuruPAUDDikmas, Kotawaringin Timur – Dewasa ini pendidikan sudah semakin maju dan berkembang. Kurikulum dan akses pembelajaran semakin memadai. Ini menjadi tantangan bagi para pendidik untuk selalu meningkatkan skill dan pengetahuan dalam membuat alur dan proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Tantangan itu akan lebih mudah dilalui dengan kerja kolaborasi melalui pendayagunaan teknologi yang diluncurkan oleh Kemendikbudristek yaitu melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM) yang menyajikan beragam referensi bagi guru dan tutor untuk mengajar sesuai dengan Kurikulum Merdeka.
Adapun perbedaan di Kurikulum Merdeka dengan kurikulum sebelumnya adalah pada Kurikulum Merdeka guru dan tutor bertindak sebagai fasilitator dalam menyalurkan pembelajaran kepada peserta didik. Kurikulum Merdeka mencerminkan evolusi pendidikan serta memberikan lebih banyak kebebasan dan fleksibilitas bagi siswa. Sedangkan kurikulum sebelumnya lebih terfokus pada pendekatan berbasis kompetensi.
Sementara itu, setiap peserta didik adalah pribadi yang unik dengan segala bakat dan keberagaman yang mereka miliki. Setiap peserta didik memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan kesempatan belajar dan menuntut ilmu.
Nah, untuk memaksimalkan ilmu pengetahuan yang sudah didapatkan melalui berbagai sumber, terutama PMM, maka saya akan menceritakan proses dan alur bagaimana proses pembelajaran yang diterapkan setelah mempelajari beberapa referensi di PMM.
Perencanaan Pembelajaran
Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, kita tentu saja akan menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Contohnya, ketika kita sedang mengajar, ada peserta didik yang terlihat mengantuk, terlihat tidak semangat, maupun fokus dengan hal lain.
Saya pun mencoba untuk menggunakan perencanaan pembelajaran dan strategi yang berbeda. Terlebih, saya adalah seorang tutor di PKBM Sinar Tualan dengan pembelajaran sedikit berbeda dari siswa di sekolah pada umumnya. Saya harus bisa menyesuaikan waktu dan materi yang akan diberikan untuk mereka. Saya yakin semua peserta didik mampu memiliki antusiasme, asalkan kita mampu mengajak dan mengelola pembelajaran dengan baik.
Langkah awal pembelajaran saya mulai dengan melakukan asesmen diagnostik. Asesmen yang digunakan berupa lembar kerja (LK) yang dibagikan kepada setiap peserta didik untuk diisi agar kita dapat mengetahui kemampuan mereka, di antaranya ada yang memiliki pemahaman dengan kategori paham, agak paham, dan belum paham. Ketika sudah mengetahui tingkat pemahaman peserta didik, maka kita bisa membuat kesepakatan pembelajaran, misalnya dengan menentukan metode dan strategi yang akan digunakan.
Saya menggunakan pembelajaran berdiferensiasi di dalam dan luar kelas. Materi yang saya ambil berbasis numerasi berkaitan dengan trigonometri, perbandingan, dan kemungkinan.
Saya juga memberikan acuan untuk melaksanakan proses pembelajaran yang disebut belajar dengan 3K (kebersamaan, kesabaran, dan ketelitian). Saya mengarahkan peserta didik untuk membuat lingkaran, namun tetap berkelompok. Saya memberikan lembaran soal untuk dikerjakan secara berkelompok, kemudian mengarahkan mereka untuk mencari jawaban soal yang tertera di lembar kerja dengan menggunakan roda rumus berputar secara bergantian. Setelah menemukan jawabannya, maka mereka akan menentukan rumus untuk bangun geometri dan trigonometri. Sebelumnya, saya tentu sudah menyediakan model bangun dasar trigonometri dan geometri untuk peserta didik.
Peserta didik pun sangat antusias dan semangat menggunakan rumus roda berputar sebagai media pembelajaran mereka. Selain menyenangkan dan menarik, media ini sangat mudah digunakan. Ini mampu melatih kebersamaan, kesabaran, dan ketelitian peserta didik. Selain mereka harus sabar menunggu temannya yang lain ketika menggunakan media, mereka juga dituntut teliti untuk mengarahkan tanda panah pada rumus roda berputar.
Setelah selesai pada kegiatan di dalam ruangan (indoor), saya kemudian mengajak peserta didik untuk ke luar ruangan untuk memberikan udara yang berbeda kepada mereka. Saya mengarahkan mereka untuk membuat barisan rapi dengan beralaskan tikar. Kemudian saya dan peserta didik melakukan ice breaking untuk melakukan penyegaran suasana.
Hal tersebut memiliki keterkaitan pada materi yang telah kami pelajari sebelumnya. Peserta didik pun sangat semangat dan antusias dengan pembelajaran di luar ruangan. Ketika saya menanyakan bentuk bangun trigonometri dan geometri yang ada di sekitarnya, peserta didik mampu mencari bentuk bentuk bangun dasar dengan benda-benda di sekitar, misalnya segitiga untuk atap rumah, bola untuk lingkaran, dan papan tulis untuk persegi panjang.
Di akhir pembelajaran, saya menyiapkan lembar refleksi guna mengetahui pemahaman peserta didik terkait materi serta apa kesan dan perasaan mereka terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Respons peserta didik secara garis besar sangat menyukai pembelajaran yang seperti ini. Mereka pun semangat untuk bisa mempelajari dan memahami materi yang diberikan.
Belajar seyogyanya memang fitrah untuk semua kalangan, tidak ada batasan usia, ruang, dan waktu untuk tetap belajar. Kita sebagai pendidik harus senantiasa belajar dan meng-upgrade skill dalam mengelola pembelajaran yang akan diberikan terhadap peserta didik. (Intan Widya, PKBM Sinar Tualan)