**GuruPAUDDikmas, Jakarta **– Miskonsepsi calistung sebagai prasyarat memasuki jenjang pendidikan berikutnya tak pelak membuat pembelajaran di PAUD sering berbelok dari esensi yang sebenarnya. Akhirnya, guru dan orang tua sibuk menargetkan peningkatan kemampuan calistung agar anak bisa masuk ke sekolah impian.
Sementara itu Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa PAUD merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui stimulasi pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan belajar dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Jika merujuk kepada pengertian tersebut, maka memfokuskan anak untuk belajar calistung sebenarnya telah mempersempit makna dan tujuan mulia PAUD.
Meski demikian, meningkatkan kemampuan calistung di PAUD tidak bisa dikatakan salah. Melalui Episode 24 Kurikulum Merdeka yang bertajuk “Transisi PAUD-SD yang Menyenangkan”, disebutkan bahwa kemampuan kognitif untuk melakukan kegiatan belajar, termasuk kemampuan literasi dan numerasi, adalah salah satu dari 6 fondasi dalam masa transisi PAUD-SD. Namun, konsekuensi logis dari menitikberatkan hanya pada pembinaan calistung membuat pembelajaran PAUD tidak lagi bermakna.
Yang dimaksud dengan pembelajaran bermakna dalam konteks PAUD adalah pendekatan pembelajaran yang memungkinkan anak-anak untuk belajar melalui pengalaman nyata yang relevan dan berarti bagi mereka. Dengan cara ini, anak-anak dapat lebih mudah memahami materi, mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari, dan mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam.
Pelaksanaan pembelajaran bermakna bagi anak usia dini di lapangan tentu bukan tanpa tantangan. Pertama, pemaknaan terhadap konsep “belajar sambil bermain” dan “bermain seraya belajar” kadang tidak dimiliki oleh orang tua. Jika anak tidak pulang dengan buku penuh tulisan, orang tua menganggap anak tidak belajar apa-apa.
Kedua, adanya perbedaan persepsi antara guru TK dan SD tingkat awal. Meski sudah dijembatani oleh pemerintah, masih banyak ditemukan perbedaan sudut pandang di lapangan terkait dengan capaian pembelajaran di PAUD. Lalu ketiga, masih banyak guru yang merasa kesulitan untuk menyiapkan pembelajaran yang bermakna. Hal ini dikarenakan menyesuaikan dengan kebutuhan setiap peserta didik dengan memfasilitasi perbedaan peserta didik. Perbedaan ini meliputi latar belakang sosial, tingkat ekonomi, agama, tingkat perkembangan, dan lain-lain.
Belajar Berbasis Proyek
Salah satu metode yang bisa dilakukan guru agar pembelajaran lebih bermakna adalah dengan menggunakan pembelajaran berbasis proyek. Menurut Buck Institute for Education (M. Hosnan, 2014), pembelajaran berbasis proyek merupakan suatu metode pembelajaran sistematis yang melibatkan siswa dalam belajar ilmu pengetahuan dan keterampilan melalui proses penyelidikan terhadap masalah nyata dan pembuatan berbagai karya yang dirancang secara hati-hati.
Pembelajaran berbasis proyek di PAUD tidak menekankan pada hasil, tetapi pada proses yang dilakukan oleh anak. Pembelajaran berbasis proyek memberikan pengalaman belajar dan memecahkan masalah yang akan mengembangkan sisi kreativitas anak. Selain itu, pembelajaran tersebut dirancang dekat dengan kehidupan sehari-hari yang dekat dengan anak.
Anak Pemeran Utama
Metode pembelajaran aktif, seperti diskusi kelompok atau permainan edukatif, dapat meningkatkan keterlibatan anak dalam proses pembelajaran. Melalui interaksi langsung dan partisipasi aktif, anak-anak menjadi lebih antusias dan mudah memahami materi yang diajarkan. Contohnya, guru dapat mengajak anak-anak bermain peran tentang profesi yang mereka sukai atau membuat eksperimen sederhana untuk memahami konsep sains dasar. Dengan begitu, pembelajaran akan terasa lebih menyenangkan dan efektif.
Selain itu, lingkungan sekitar juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran yang bermakna bagi anak-anak. Misalnya, mengajak mereka berkeliling di sekitar sekolah untuk mengamati berbagai jenis tumbuhan atau binatang. Dengan demikian, anak-anak dapat belajar langsung dari lingkungan sekitar dan memahami pentingnya menjaga kelestarian alam.
Melalui penerapan konsep pembelajaran bermakna di PAUD, diharapkan anak-anak dapat tumbuh dan berkembang secara holistik. Mereka tidak hanya menguasai pengetahuan, tetapi juga memiliki keterampilan sosial, emosional, dan kreatif yang kuat untuk menghadapi tantangan di masa depan. Dengan memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermakna, PAUD dapat menjadi fondasi yang kokoh bagi perkembangan anak-anak.
Pelibatan Orang Tua
Tak ketinggalan, orang tua memegang peran kunci dalam membantu perkembangan anak sejak usia dini. Dukungan mereka tidak hanya berdampak positif pada kesejahteraan anak, tetapi juga pada kesuksesan akademisnya di masa depan. Beberapa cara bagaimana orang tua dapat mendukung pembelajaran anak di PAUD adalah aktif terlibat dalam kegiatan belajar anak di sekolah, menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran di rumah, dan berkomunikasi secara terbuka dengan guru untuk memantau perkembangan anak. Jika orang tua tidak proaktif, maka guru perlu membuat program yang membuat orang tua lebih terlibat.
Kolaborasi antara guru dan masyarakat juga sangat penting untuk menciptakan pengalaman pembelajaran yang bermakna bagi anak-anak di PAUD. Dengan bekerja sama, mereka dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan anak secara holistik. Beberapa cara untuk meningkatkan kolaborasi ini, antara lain mengadakan kegiatan atau acara bersama di sekolah, melibatkan masyarakat dalam proyek pembelajaran kolaboratif, dan membuat jembatan komunikasi yang terbuka antara guru, masyarakat, dan siswa. (Za’idatul Uyun Akrami, TK Negeri 2 Seteluk)