WhatsApp: +62 821-1555-5456

Yang Terus Berbinar Kibarkan Praktik Baik

Bergerak masif, POP kini telah menelurkan banyak pendidik yang siap menyebarkan praktik baik ke seluruh penjuru negeri.

25 November 2023
GuruPAUDDikmas, Jakarta – Program Organisasi Penggerak (POP) kini telah menggapai usia lebih dari tiga tahun usai ditetapkan sebagai Merdeka Belajar Episode 4 pada Maret tahun 2020 lalu. Paket kebijakan ini bertujuan untuk semakin memberdayakan organisasi masyarakat (ormas) guna membangun sekolah penggerak. Pasalnya, banyak ormas yang peduli terhadap mutu pendidikan, namun tumbuh dan bergerak sendiri-sendiri. Alhasil, pemerintah pun memberikan dukungan kepada ormas-ormas yang menjadi salah satu elemen penting terciptanya sekolah penggerak. Menurut Mendikbudristek, Nadiem Makarim, POP kini telah bergerak secara masif dalam mentransformasi pendidikan Indonesia. “Dalam waktu singkat 152 ormas menyasar ratusan ribu guru penggerak,” ujarnya saat memberikan sambutan pada gelaran Simposium POP bertajuk “Perluasan Praktik Baik dan Kolaborasi Organisasi Penggerak dalam Menyukseskan Merdeka Belajar” di Jakarta pada 23-26 November 2023. Nadiem berharap, cerita-cerita baik yang dihasilkan dari program tersebut dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat. “Terima kasih atas komitmen yang diberikan organisasi masyarakat dalam program ini. Mari terus menjadi garda terdepan pendidikan Indonesia,” tegasnya. Sementara itu Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK), Kemendikbudristek, Nunuk Suryani, dalam arahannya menyebutkan bahwa ormas yang bergabung dalam POP masih terus melayani pendampingan terhadap sekolah sasaran. “Kami juga memberikan apresiasi yang tinggi ke dinas terkait yang menerima baik ormas yang diinisiasi Kemendikbudristek sehingga perjalanan program ini berjalan baik,” tuturnya. ![IMG_9640.JPG](https://gurupauddikmas.kemdikbud.go.id/api/uploads/IMG_9640_29ba4406fe.JPG) Menurut Nunuk, semua episode dalam paket kebijakan Merdeka Belajar, termasuk POP, merupakan upaya terobosan pembelajaran yang berpusat pada anak didik yang menyandang profil Pelajar Pancasila. Harapannya, “Ujungnya terjadi perubahan pada anak didik yang tumbuh sesuai kodrat dirinya,” ungkapnya. Nunuk pun menjelaskan, Kemendikbudristek sendiri memiliki tiga visi besar. Pertama, menjadikan profesi guru yang membanggakan, bermartabat, dan terhormat, sehingga akan diisi oleh orang-orang hebat. “Diharapkan pada 2025 guru yang masuk satuan pendidikan adalah guru berkualifikasi. Jadi, tidak lagi berfokus pada guru honor. Selain itu, kami juga memberikan kesempatan daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar, red) dengan melakukan PPG intensif,” ungkapnya. Akibatnya, tambah Nunuk, profesi guru yang bermartabat akan membuat orang berbondong-bondong menjadi guru. Selain itu, guru juga akan bekerja lebih tenang dan bersemangat karena guru produktif bakal mendapat penghargaan berbeda dibandingkan guru yang berada dalam zona nyaman. Visi kedua adalah guru sebagai pemimpin pembelajaran dan agen transformasi pembelajaran. “Sebagus apa pun program, kalau guru tidak bergerak maksimal, tidak akan berhasil. Guru adalah ujung tombak garda terdepan,” ujar Nunuk. Adapun visi ketiga,yakni melakukan gotong-royong dalam menghidupkan ekosistem belajar yang berdaya dan saling menguatkan. “Gotong royong adalah prinsip transformasi. Kami pun berharap, meski program ini selesai tetap bergotong-royong menyebarkan praktik baik bersama ormas terkait serta berkolaborasi secara masif,” ungkap Nunuk. Nunuk juga berharap, ekosistem belajar akan terus tumbuh dan bergerak untuk kepentingan peserta didik. Oleh karena itulah, “Praktik baik ini diharapkan dapat disebarluaskan secara masif kepada masyarakat,” katanya. Pada kesempatan tersebut, Direktur Guru PAUD dan Dikmas, Santi Ambarrukmi, turut menyampaikan hasil kegiatan ormas yang telah memberikan informasi menyeluruh menyoal desain dan hasil POP di wilayahnya masing-masing selama ini. “Kami sangat mengapresiasi ormas yang berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia,” ujarnya. Sebagai informasi, kegiatan simposium tersebut dihadiri oleh pimpinan ormas, perwakilan Unicef, dinas pendidikan terkait, peneliti, pengawas lapangan, maupun penerima manfaat POP. Kegiatan tersebut juga menjadi ajang saling berbagi praktik baik oleh ormas, guru, maupun dinas terkait. (AP)

Baca artikel lainnya:

Kembali ke Daftar Artikel